Lihat ke Halaman Asli

Melestarikan Budaya Daerah di Masa Pandemi

Diperbarui: 27 Juli 2021   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keberagaman kondisi geografis dan latar belakang menjadikan masyarakat Indonesia memiliki berbagai warisan budaya. Salah satu bentuk pelestarian budaya bisa dilakukan di sekolah tingkat dasar. Namun, akibat pandemi COVID-19 yang menerapkan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) kegiatan pelestarian budaya daerah yang biasa dilakukan di sekolah sebagai pusat kebudayaan menjadi terhambat. 

Pembelajaran dalam jaringan (daring) sudah berlangsung sejak bulan Maret 2020 di Indonesia. Kondisi ini berdampak langsung baik kepada guru, siswa, maupun orang tua siswa. Peran guru dan orang tua sangat membantu dalam proses melestarikan budaya daerah sehingga perlu lebih kreatif dalam membimbing anak-anaknya selama proses pembelajaran daring ini.

Permasalahan pelestarian budaya banyak dirasakan oleh guru maupun orang tua siswa di rumah. Anak yang biasanya disibukan dengan aktivitas belajar budaya daerah di sekolah, sekarang belajar melalui layar gadget dengan alokasi waktu yang tidak sama pada saat sekolah luring, tanpa melakukan interaksi secara langsung.

Kegiatan melestarikan budaya tidak membosankan jika dilakukan dengan supportif oleh guru maupun orang tua siswa. Namun, untuk melakukan aktivitas tersebut dimasa pandemi seperti saat ini guru dan orang tua siswa diharuskan lebih kreatif untuk membuat aktivitas tersebut mejadi lebih menyenangkan. Membuat tema melestarikan budaya daerah di sekolah yang dibantu oleh kemampuan berbahasa daerah orang tua dari rumah merupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan saat ini,

Manfaat melestarikan budaya daerah agar anak-anak bisa mengetahui lebih detail mengenai budaya daerah yang dimiliki, juga memahami keberagaman dan kemajemukan masyarakat Indonesia sehingga sering disebut sebagai masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika yang memiliki makna bahwa meskipun masyarakatnya memiliki perbedaan namun tetap satu jua.

Contoh program untuk melestarian budaya daerah di sekolah pada masa pandemi adalah dengan membuat nama kelas dari nama-nama pupuh di dalam budaya sunda, seperti Kinanti, Sinom, Asmarandana dan Dandanggula. Nama-nama tersebut juga dipakai dalam WhatsApp grup kelas tersebut.  

Guru sebagai pembimbing utama juga melatih anak-anak menggunakan bahasa daerah dengan mengucapkan kata pengantar dalam bahasa sunda, seperti “Sampurasun”, “Wilujeng enjing” dan sebagainya. Sementara orang tua sebagai pembimbing siswa di rumah, bisa melakukan percakapan singkat menggunakan bahasa sunda dengan anak-anak nya sebagai upaya untuk mengenalkan lebih lanjut terhadap budaya sunda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline