Lihat ke Halaman Asli

SannySF

Masih dalam proses pengerjaan

Rindu Seorang Anak terhadap Ayah yang Bekerja Sebagai ABK

Diperbarui: 7 Oktober 2019   03:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto pribadi

Kisah ini diabil dari seorang anak laki-laki yang selalu merindukan ayahnya, Setiap hari dan setiap waktu, karena ayahnya seorang ABK dan mereka sangat jarang sekali bertemu.

Dari semenjak sang ayah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), sang ayah sempat mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sampai akhirnya didalam penantian menunggu kabar baik, dipertengahan datanglah seseorang yang mulai membujuk sang ayah untuk ikut berlayar bersamanya. 

Sempat tersirat keraguan dalam hati sang ayah, ragu bukan karna takut, tetapi keraguan itu datang disaat sang ayah melihat kedua orang tuanya, rasa tak ingin jauh dari orang tua, dan mencoba menjadi seorang pengajar karena rumah dan tempat mengajarnyapun tidaklah jauh, jadi tidaklah harus meningalkan kedua orang tua.

Tetapi karna rasa ingin berbakti terhadap kedua orang tunya sang ayah mulai berencana untuk memulai karirnya sebagai ABK, niat tulusnya untuk menjadi ABK dan membantu kedua orang tua sampai meneteskan air mata sang Ibunda.

Ibundanya sempat tidak menyetujui atau melarang sang ayah untuk pergi berlayar, tetapi sang ayah ini tetap ingin menjadi ABK dan juga merelakan atas diterimanya sebagai PNS/ditolak.

Tidak berlangsung lama, sang ayah berpamitan dan meminta restu dari kedua orang tuanya, meski sang Ibunda masih belum bisa menerima keberangkatan anaknya, dan akhirnya sang ayah mulai berngkat meninggalkan rumah dan memulai hidup baru di perantauan sebagai Anak Buah Kapal (ABK).

Setelah beberapa hari sang ayah mulai berlayar, rasa rindu terhadap orang tua mulai melanda, sampai pada akhirnya berjalan dengan normal seiring berjalannya waktu, dan hal yang tidak pernah terduga datang, bahwa sang ayah benar diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan benar saja, sang ayah menolak pekerjaan tersebut dikarenakan uang hasil kerja menjadi ABK lebih besar ketimbah jadi PNS waktu itu.

2 tahun berlalu, Akhirnya sang ayah pulang dan menemui Ibundanya, dan sang ayahpun berkata, maaf dia berlayar karena ingin melunasi hutnag-hutang kedua orang tuanya, dan akhirnya utangpun terlunasi, tidak lama berselang sang ayah mulai menyukai pekerjaannya sebagai ABK, dan dari tahun ketahun samapi akhirnya sang ayah menikah.

Beberapa bulan berselang istrinya mengandung, sang ayah pun mulai mencari biaya hidup dan berlayar kembali, beberapa bulan berselang, sang ibu melahirkan seorang anak laki-laki, semua senang atas kelahiran anak tersebut, tetapi anaknya lahir pada saat sang ayah masih dalam perantauan, 

Lama berselang sang ayah hanya mengirimkan nafkah untuk anak istrinya dan disaat kapal sandar pun, sang ayah hanya mempunyai waktu 3 hari untuk menemui anak dan istrinya, setiap tahun selalu seperti itu.

Dan disaat sang anak mulai memasuki usia di atas 7 tahun, mualilah kewajiban sang anak laki-laki dilakukan, tetapi tetap tanpa sang ayah disampingnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline