Judul : Semburat merah di kaki langit
Penulis : Y. Soekardi
Penerbit : PT. Bintang Ilmu
Cetakan : 2009
Tebal : 76 halaman + 1 halaman daftar isi
Bahasa : Indonesia
Sampul : Latar jingga, kuning, dan coklat
No. Edisi : ISBN 978-979-3745-44-2
Mengulas isi cerita sebuah buku fiksi yang ditulis oleh Y. Soekardi dengan judul Semburat Merah di Kaki Langit. Kalian tahu tidak? Y. Soekardi dikenal sebagai penulis buku tentang biografi sampai cerita perjuangan pahlawan Indonesia lho. Beliau juga menulis tentang cerita fiksi anak-anak seperti cerita rakyat, cerita anak, dan dongeng.
Buku ini termasuk dalam cerita anak karena bercerita tentang petualangan empat orang anak yang bernama Bondan, Bokir, Anto, dan Soni. Bondan adalah seorang siswa di salah satu SMP yang berada di daerah perkotaan. Dahulu Bondan hidup di desa, namun setelah lulus SD, Bondan dan keluarganya pindah ke kota sehingga melanjutkan sekolah di daerah perkotaan. Jarak antara kota dengan desa itu tidak terlampau jauh, kira-kira hanya lima belas kilometer.
Cerita ini berawal ketika Bondan bertemu dengan Anto, teman bermainnya selama SD. Mereka berencana untuk membersihkan lingkungan sekolahnya dulu yaitu SD Warungjambu, yang terlihat kumuh dan tidak terawat lagi. Mereka mengajak teman-teman mereka yang merupakan lulusan SD Warungjambu, termasuk adik Bondan yang bernama Bokir, karena Bokir juga lulusan dari SD tersebut. Mereka sangat bersemangat dalam bekerja bakti bersama demi mengembalikan lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan jauh dari penyakit.
Bondan dan Bokir dikenal sebagai anak yang pintar dan rajin. Setiap malam mereka belajar agar mendapatkan nilai yang baik. Namun, Bondan pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakan, yaitu ia pernah kelupaan dengan tugas harian matematika dan belum belajar untuk ulangan harian sejarah. Hal itu membuat Bondan hanya bisa terdiam, lesu, dan lemas. Pikirannya sudah tidak fokus dan bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Bondan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut dan ia bertekad untuk belajar lebih giat agar ketika ulangan mendapatkan nilai yang memuaskan. Maka dari itu, kita harus menjadikan pengalaman buruk sebagai dorongan untuk menjadi lebih baik lagi. Bukankah seperti itu, Teman?
Cerita dilanjutkan dengan Bondan dan Bokir yang tiba-tiba mendapatkan surat dari sahabatnya, yaitu Anto, yang sudah lama tidak berjumpa dengan mereka. Anto mengajak kakak beradik tersebut untuk pergi berlibur ke kampung Warunglobak, tepatnya adalah di rumah Paman Anto. Orangtua Bondan dan Bokir tidak merasa keberatan dengan kedua anaknya yang akan berlibur di Desa Warunglobak. Namun, orang tua mereka memberikan nasihat agar mereka pandai membawa diri dan bersikap sopan kepada orang lain. Bondan dan Bokir meminjam alat-alat perkemahan kepada Kak Bagus karena rencananya mereka bertiga akan berkemah di lereng bukit sebelah barat Desa Warunglobak.
Cerita liburan Bondan dan Bokir diawali dengan keberangkatan dari rumah mereka menuju rumah Anto menggunakan sepeda sekitar pukul lima pagi. Sepeda mereka diparkirkan di rumah Anto, sehingga untuk melakukan perjalanan menuju Desa Warunglobak mereka diantar menggunakan mobil Anto. Desa Warunglobak terkenal dengan daerah yang subur dan pemandangannya yang indah karena di setiap lereng-lereng bukit terlihat perkebunan kol, kentang, jagung, dan sayur-sayuran.
Cerita itu dilanjutkan dengan dipertemukannya Bondan, Bokir, dan Anto oleh seorang anak Paman Anto yang bernama Soni. Soni adalah anak yang mempunyai hobi bermain musik dan menyanyi. Pada awal pertemuan mereka, penulis menceritakan bahwa Soni sedang duduk sendiri memegang gitarnya sambil bernyanyi dengan suara yang merdu. Kemudian mereka berkenalan dan saling berjabat tangan. Pada malam hari mereka jalan-jalan menyusuri jalan raya serta melihat bintang bertaburan dan bulan yang memancarkan sinar di langit. Setelah itu, mereka berempat bersama Paman Anto berpesta jagung hingga larut malam. Hari itu adalah hari pertama liburan yang menyenangkan bagi mereka di rumah Paman Anto.
Petualangan keempat anak itu diawali dengan berkemah di lereng bukit sebelah barat. Lereng tersebut dipilih karena dekat dengan sebuah mata air dan letaknya tidak terlalu jauh dari permukiman warga sehingga terlihat strategis. Mereka membangun tenda bersama-sama sambil mengontrol talinya sehingga tenda dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bokir, Anto, dan Soni mencari kayu bakar di sekitar perbukitan dengan cara menyusuri lembah dan menyebrangi sungai kecil.
Saat itu, mereka bertiga melihat sebuah rumah yang terbuat dari bilik bambu. Dengan rasa penasaran, mereka mendekati dan mengintip rumah tersebut. Mereka melihat rumah itu tidak ada penghuninya, hanya ada beberapa karung yang ada di dalam. Kemudian mereka kembali menuju ke tempat perkemahan karena sudah ditunggu oleh Bondan.
Petualangan mereka tidak berhenti sampai situ saja karena pada malam hari Bondan, Bokir, Soni, dan Anto mendengar suara mobil yang mendekat ke arah mereka. Dengan hati-hati mereka berjalan ke arah suara mobil tersebut. Tampak sebuah mobil dengan bak kecil sedang diparkir membelakangi mereka.