Lihat ke Halaman Asli

Shelina Aura Devana

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Diplomasi versi Minangkabau, Yus Datuak Parpatiah Nan Sabatang : "Iyoan dek urang, laluan dek awak."

Diperbarui: 23 Juni 2024   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan ke rumah Datuak Parpatiah Nan Sabatang (11/05/2024)

Dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, banyak tokoh-tokoh penting yang berasal dari etnis Minangkabau. Perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ini berupa perjuangan fisik yang menyebabkan pertumpahan darah dan juga perjuangan politik melalui diplomasi untuk mencapai kesepakatan.

Beberapa tokoh yang berasal dari Minangkabau seperti Muhammad Hatta, H. Agus Salim, Sutan Sjahrir, Muhammad Natsir, dan Muhammad Yamin memberikan kontribusi yang besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia melalui kemampuan berdiplomasi yang mereka miliki.

Keberhasilan tokoh Minangkabau dalam berdiplomasi dapat dilihat dari peran H. Agus Salim yang berhasil menjalin hubungan dengan negara-negara Arab melalui kunjungan ke Timur Tengah untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari negara Mesir, Suriah, Lebanon, Arab Saudi dan Yaman atas Kemerdekaan Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Keberhasilan lainnya yaitu peran menonjol Sutan Sjahrir dalam forum internasional sidang Dewan Keamanan PBB pada tahun 1947, pidato yang disampaikan Sutan Sjahrir berhasil mendapatkan kepercayaan dunia internasional dan persetujuan PBB dalam membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) sebagai upaya penyelesaian konflik Indonesia-Belanda.

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Andalas yang mengampu mata kuliah Diplomasi Minangkabau melakukan kuliah lapangan ke rumah Datuak Parpatiah Nan Sabatang pada Sabtu, 11 Mei 2024. Pada kuliah lapangan tersebut, keberhasilan tokoh asal Minangkabau dalam berdiplomasi menjadi pembahasan yang menarik.

"Orang minang menyelesaikan persoalan itu dengan bukan dengan otot tapi dengan otak. Senjata bagi orang minang adalah mulutnya." Ucap Yus Datuak Parpatiah Nan Sabatang menanggapi pembahasan mengenai keberhasilan tokoh Minangkabau dalam berdiplomasi.

Menurut Yus Datuak Parpatiah Nan Sabatang, kemampuan orang Minang dalam berdiplomasi didapatkan dari pendidikan surau dan pendidikan masyarakat. Surau adalah tempat bagi anak-anak Minangkabau untuk beribadah dan belajar mengenai pengetahuan serta keterampilan. Dalam pendidikan surau, anak-anak Minangkabau tidak hanya diajarkan mengenai agama islam dan cara bersilat, tetapi juga diajarkan mengenai 'pasambahan' yaitu sebutan untuk dialog yang dirangkai sedemikian rupa agar memiliki makna filosofis dan bernilai seni. Selain itu di surau juga sering dilakukan debat kusir, berbalas pantun, tebak teka-teki yang melatih dan mempertajam intelegensi anak-anak Minangkabau agar dapat memenangkan perlawanan.

Selain pendidikan surau, forum lapau  juga menjadi alasan mengapa orang Minangkabau lihai dalam berdiplomasi. Lapau adalah tempat bagi laki-laki Minangkabau untuk berkumpul dan menghabiskan waktu dengan membahas berbagai permasalahan. Dalam forum lapau, Yus Datuak Parpatiah Nan Sabatang menyebutkan bahwa semua orang berhak berbicara di lapau. Seperti dalam sidang paripurna DPR, jika ada permasalahan seperti permasalahan berburu, permasalahan adat, permasalahan masyarakat, bahkan permasalahan negara akan dibahas di lapau. Forum lapau memberikan kesempatan kepada semua orang untuk beradu argumen. Forum lapau dahulu menjadi wadah bagi masyarakat Minangkabau untuk menyampaikan argumen, bertukar informasi, sehingga tercipta diplomasi ala Minang.

Dari surau dan forum lapau inilah orang Minangkabau mendapatkan keahlian mereka dalam bersilat lidah. Yus Datuak Parpatiah Nan Sabatang berulang kali menyebutkan dalam kunjungan kami, "kemerdekaan Indonesia tidak direbut dengan senjata, tapi karena perundingan dan cara diplomasi urang awak dalam mencari pengakuan dunia."

Selain surau dan lapau yang merupakan tempat bagi orang Minangkabau melatih keahlian berdiplomasinya, filosofi adat yang berkembang di Minangkabau juga membentuk karakteristik diplomat dalam diri orang Minangkabau. Salah satu filosofi Minangkabau yang disebutkan oleh Yus Datuak Parpatiah Nan Sabatang mengenai cara orang Minangkabau berdiplomasi adalah pepatah "Iyoan dek urang, laluan dek awak". 

Pepatah Minangkabau "iyoan dek urang, laluan dek awak" merupakan ajaran mengenai komunikasi yang baik. Pepatah ini memiliki makna bahwa dalam menyampaikan pendapat terkait suatu permasalahan, alangkah baiknya jika terlebih dahulu kita memahami jalan pikiran dan mengiyakan pendapat yang dimiliki oleh lawan bicara. Karena dengan memahami jalan pikiran lawan bicara, menandakan bahwa kita menghargai dan menghormati orang tersebut, sehingga akan tercipta suasana yang kondusif untuk berdiskusi dengan lebih objektif. Setelah mengiyakan pendapat lawan bicara, barulah kita menyampaikan pendapat kita terhadap permasalahan tersebut.

Dalam berdiplomasi, pengaplikasian pepatah "iyoan dek urang, laluan dek awak" akan membuka kesempatan yang lebih besar dalam bernegosiasi dengan pihak lain. Proses pencapaian kesepakatan pasti diawali dengan perbedaan pendapat dan kepentingan, diplomasi digunakan untuk mendapatkan jalan tengah yang sama-sama memenuhi kepentingan kedua pihak yang terlibat. Pepatah Minangkabau "iyoan dek urang, laluan dek awak" mengajarkan kita untuk memposisikan diri sebagai penerima, mendengarkan, kemudian memahami sudut pandang lawan bicara terlebih dahulu sehingga dalam proses pencapaian kesepakatan tidak hanya menguntungkan satu pihak saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline