Dibengkulu terdapat Buah sapat (Macaranga tanarius), buah tersebut merupakan tumbuhan liar yang tersebar luas di Provinsi Bengkulu. Didaerah Bengkulu selatan masyarakat sekitar menggunakan buah sapat sebagai pengawet alami gula aren dan fermentasi nira, buah itu menghambat aktivitas bakteri dan mikroba yang dapat menyebabkan kerusakkan pada produk tersebut dikarenakan dalam buah sapat terdapat senyawa metabolit sekunder, senyawa ini sangat bermanfaat bagi manusia salah satunya sebagai antioksidan atau bahan baku obat-obatan.
sehubungan dengan semakin tinggi angka kasus kanker payudara diindonesia, 5 mahasiswa yakni, Luci julyana Saragih, Sheli Aprita Rahma Sari, Syarah Ulfa, Rosenna Gitania, dan Nadya Debora Br Gultom bergabung dalam Tim PKM UNIB Bidang Riset Eksakta dibawah bimbingan Dosen Dr. Sipriyadi, S.Si.,M.Si dari Universitas Bengkulu berinovasi dan mencoba memberikan solusi dengan menganalisa potensi dari buah sapat (Macaranga tanarius) secara laboratorium dan memprediksi interaksi senyawa obat dengan protein target Melalui aplikasi di komputer.
Penelitian yang mereka lakukan berjalan sekitar 5 bulan, dimulai dari bulan April dilakukan pengambilan sampel didaerah Bengkulu Selatan yakni di Kedurang dengan memetik buah sapat yang tersebar luas disekitaran sungai hutan Kedurang dibantu oleh masyarakat sekitar. Kemudian sampel yang sudah diambil diekstraksi dilaboratorium yang ada dikampus Universitas Bengkulu, dari hasil ekstraksi itu dilakukan uji lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang ada didalam buah sapat melalui kerja sama yang baik dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang ada di daerah Serpong.
Dari penelitian tersebut didaftarkan ke Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2024, sehingga dari proses seleksi pendanaan, judul PKM ini lolos pendanaan nasional dan melanjutkan penelitian yang sudah mendapatkan hasil, ternyata buah sapat ini dapat mematikan sel kanker payudara melalui uji sitotoksisitas yang telah dilakukan. Dari penelitian tersebut akan diterbitkan dijurnal yang sudah terakreditasi Sinta dan Scopus, sehingga harapan kami dapat memberi manfaat bagi pembaca dan peneliti lain dalam pembuatan obat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H