Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Daya Beli Masyarakat di Indonesia Mulai Melemah?

Diperbarui: 15 November 2023   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://akcdn.detik.net.id/visual/2016/01/12/0463fb5d-0cdc-4714-818f-1f435e615862_169.jpg?w=650

Halo sobat, tahukah kamu bahwa di tahun 2023 ini ternyata daya beli masyarakat Indonesia mulai menurun? Nah, maka dari itu kita perlu untuk memahami dan mengetahuinya bersama.

Penurunan daya beli masyarakat Indonesia menurun karena adanya pengeluaran menjelang pendaftaran sekolah atau kuliah yang mengakibatkan mereka untuk menahan pengeluarannya. Selain itu, terjadi juga kenaikan harga terhadap beberapa bahan-bahan pokok yang menyebabkan masyarakat untuk lebih berhemat. Bahkan, tingkat pengangguran juga dapat mempengaruhi daya beli yang menurun karena minimnya kemampuan mereka untuk membeli barang atau jasa.

Penurunan daya beli masyarakat ini juga menyebabkan adanya penurunan Indeks Keyakinan konsumen (IKK) yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah. Kondisi ini akan berdampak pada kinerja industri manufuktur yang terjadi pada bulan Oktober.

Berdasarkan sumber dari Bank Indonesia, yang merilis hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk periode Juli 2023. Nilai acuan konsumsi masyarakat tersebut tercatat mencapai 123,5.

Skor tersebut turun dari 127,1 pada Juni 2023 dan 128,3 pada Mei 2023. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen bulan Juli ini ditandai dengan menurunnya Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi Saat ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Juli 2023 yang tercatat masing-masing sebesar 113,8 dan 133,2, lebih rendah dari 116,8 dan 137,5 pada bulan sebelumnya. (Aji, 2023)

Selain itu, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan bahwa, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Oktober 2023 mencapai 50,70, tetap ekspansi meskipun melambat 1,81 poin dibandingkan September 2023.

Febri menjelaskan, penurunan nilai IKI ini dikarenakan tiga hal utama. Pertama, penurunan daya beli global. Adanya tren perlambatan pertumbuhan global khususnya pada negara mitra dagang utama Indonesia terutama Tiongkok dan Eropa menyebabkan penurunan drastis terhadap permintaan produk manufaktur Indonesia.

Sementara, di pasar domestik, penurunan daya beli dipicu oleh kenaikan harga energi (khususnya BBM) serta kenaikan suku bunga. Hal ini juga menyebabkan cost of fund sektor manufaktur meningkat, menyebabkan kenaikan harga barang manufaktur. Hal inilah yang dapat mengurangi pengeluaran mereka dalam berbagi keperluan.

Penyebab kedua adalah melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah. Semakin melemahnya Rupiah menyebabkan biaya input untuk produk dengan bahan baku impor semakin tinggi, yang berdampak pada kenaikan biaya produksi. Jika dilihat data impor bahan baku/penolong pada bulan September, terdapat penurunan 4,86% dibanding bulan sebelumnya (mtm), serta impor barang modal turun 12,27% (mtm). Sebagai catatan, Rupiah terus terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama lima bulan berturut-turut. Di sisi lain, pelemahan rupiah juga dapat menjadi peluang bagi produsen yang menggunakan bahan baku lokal untuk dapat bersaing dengan produsen pengguna bahan baku impor.

Sedangkan faktor ketiga adalah faktor eksternal seperti banjirnya produk impor, peredaran barang ilegal, dan kenaikan harga energi pada Oktober ini. Febri berujar bahwa Aparat Penegak Hukum dan Kementerian/Lembaga terkait belum bisa meredam banjirnya barang-barang impor dan barang ilegal yang menggerogoti pasar produsen domestik. (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2023)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline