Lihat ke Halaman Asli

Sheila Wiayah

Mahasiswi

Sikap Manusia sebagai Makhluk Sosial terhadap Sesama (Kajian Surah Al Hujurat Ayat 10-12)

Diperbarui: 22 Agustus 2020   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas dari kenyataan bahwa manusia selalu berinteraksi dengan sesama. Dan hal ini tidak luput dari pembahasan al-Quran


اِنَّمَا المُؤمِنُونَ اِخوَةٌ فَاءَصلِحُوا بَينَ اَخَوَيكُم واتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُم تُرحَمُونَ (10)


Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang mukmin adalah saudara yang disatukan oleh keimanan mereka. Maka kita diharuskan berbuat baik terhadap mereka dan saling menbantu terutama dalam hal ketakwaan tanpa membeda-bedakan antara mukmin yang satu dengan yang lainnya. Kemudian di ayat selanjutnya dijelaskan lebih spesifik tentang pernyataan berbuat baik terhadap sesama


ياءَيُّهَا الذينَ ءاَمَنُوا لاَ يَسخَر قَومٌ مِن قَومٍ عَسَى اَن يَكُونُوا خَيرًا مِنهُم وَلاَنِساَءٌ مِن نِساَءٍ عَسَى اَن يَكُنَّ خَيرًا مِنهُنَّ وَلاَ تَلمِزُوا انفُسَكُم ولاَ تَنَابَزُوا بِا لالقَاب بِئسَ الاسمُ الفُسُوقُ بَعد الايمَان وَمَن لَميَتُب فَاءُولئِك الظَالِمُونَ (11) يآيُّها الذين ءامَنُوا اِجتَنِبُوا كَثِيرًا من الظَّن اِنَّ بَعضَ الظَّنِّ اِثمٌ ولا تَجَسَّسُوا ولا يَغتَب بَعضُكُم بَعضًا أيُحِبُّ احدكم أن يَأكُلَ لَحمَ أَخِيهِ مَيتًا فَكَرِهتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)


Dari dua ayat tersebut Allah menjelaskan bagaimana kewajiban kita sebagai manusia terhadap sesama dan bagaimana al-Quran menjelaskan sikap manusia sebagai makhluk sosial terhadap sesama.


 1. Larang mengolok-olok atau mengejek sesama (سُخرِيَة) yakni mencela dan menghinanya. Hal ini dikemukakan dalam ayat لاَ يَسخَر قَومٌ مِن قَومٍ Sebagaimana ditegaskan dalam hadits Shahih, Rasulullah SAW bersabda:
الكِبرُ بَطَرُ الحَقِّ وغَمصُ النَاسِ
"kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia"
Ha tersebut Karena bisa jadi orang yang diolok-olok adalah orang yang lebih mulia di sisi Allah SWT bahkan lebih dicintaiNya


2. Larangan mencela atau memaki (لَمزٌ). Dalam potongan ayat وَلاَ تَلمِزُوا انفُسَكُم  dalam ayat ini menggunakan lafadz انفُسَكُم Karena ketika kita memaki sesama, secara tidak langsung kita telah memaki diri kita sendiri. Karena sesama mukmin diumpamakan seperti satu jiwa . sebagaimana sabda nabi:
المؤمن كرجل واحد اذا اشتكى رأسه اشتكى كله وان اشتكى عينه اشتكى كله


3. Saling memanggil dengan panggilan yang buruk dalam penggalan ayat ولاَ تَنَابَزُوا بِا لالقَاب Seperti memanggil saudara muslim lainnya dengan panggilan “wahai fasiq, wahai munafiq”, atau memanggil orang yang telah masuk islam dengan panggilan “wahai yahudi, wahai nashrani”, atau bahkan memanggil sesama dengan panggilan “wahai anjing, wahai babi” dan sebagainya.


4. Larangan berburuk sangka (سوء الظن) dalam penggalan ayat اِجتَنِبُوا كَثِيرًا من الظَّن yaitu berperasangka buruk terhadap orang berprilaku baik.


5. Mencari-cari kesalahan atau keburukan orang lain dalam penggalan ayat ولا تَجَسَّسُوا  yaitu larangan untuk mencari-cari aib orang lain, berusaha mengungkap rahasia-rahasia mereka.


6. Larangan ber Ghibah dalam potongan ayat ولا يَغتَب بَعضُكُم بَعضًا  ayat ini telah ditafsirka oleh Rasulullah sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ia bercerita: “ditanyakan: ‘ya Rasulullah apakah Ghibah itu?’ beliau menjawab: ‘engkau menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya’ ditanyakan lagi: ‘bagaimana bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakana?’ Rasulullah SAW menjawab: bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan apa yang engkau katakan, maka itulah ghibah terhadapnya, dan jika padanya tidak terdapat apa yang engkau katakana, maka engkau telah berbohong.’”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline