Lihat ke Halaman Asli

Sheila Respati

freelance writer

Menyelami Kehidupan Para Penggila K-pop

Diperbarui: 22 November 2019   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi konser k-pop. (sumber:koreanamericanstory.org)

Sejauh apa keberanian dan dedikasi para K-popers untuk mendukung idolanya? Jika Anda benar-benar penasaran soal bagaimana sebenarnya kehidupan para penggila K-pop, tulisan ini mungkin bisa sedikit membantu.

Melalui tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman pribadi selama lebih kurang enam tahun menjadi K-popers aktif. (Sekarang sih masih menggemari K-pop tapi sudah tidak lagi "bergerilya" mengejar oppa).

Suatu malam di bulan Agustus 2015 saya berbaring di kasur, menatap langit-langit kamar. Rasa pegal di pergelangan kaki hingga pinggang masih terasa. Tenggorokan pun masih terasa kering. Namun, rasa senang yang tidak terkira masih membuncah di hati.

Beberapa jam yang lalu sebelum terbaring di tempat tidur, saya berada di sebuah aula besar, di tengah lautan manusia, yang bersama-sama dengan saya  mengayunkan lightstick secara antusias sambil berteriak "Bigbang! Bigbang! Bigbang!". Saya baru saja mendapat pengalaman surealis, melihat boy band idola dari dekat dan tenggelam dalam pesona mereka.  

Saya baru saja pulang dari menonton konser Bigbang MADE yang berlangsung di ICE BSD bersama empat teman yang selalu seperjuangan dalam mengejar idola. Konser tersebut bagi para VIP, nama basis penggemar boyband K-pop Bigbang, menjadi penting karena dianggap sebagai konser terakhir sebelum satu per satu anggotanya vakum karena wajib militer.

Oleh sebab itu, pada malam tersebut saya dan teman-teman benar-benar mencurahkan diri sepenuhnya untuk menikmati konser. Kami menyanyi sekencang-kencangnya, mengambil foto mereka sebanyak-banyaknya dengan kamera smartphone, dan tentunya rela membayar berapapun harga tiketnya demi bisa dapat posisi dekat panggung.

Tidak disangka, konser Bigbang MADE di Jakarta menjadi konser K-pop terakhir yang saya tonton. Seusai konser tersebut saya merasa mungkin saatnya saya istirahat sebagai K-popers.

Alasan utamanya, fisik saya sudah tidak seprima dulu lagi. Usia memang tidak bohong. Jika dibandingkan K-popers masa kini yang lahir di tahun 1993 ke atas jelas ketahanan lutut saya untuk berdiri dan berjingkrak-jingkrak sudah kalah. Keinginan itu juga didorong oleh luka batin akibat bubarnya sejumlah girl band K-pop favorit saya beberapa tahun setelahnya. Mulai dari 2NE1, Sistar, dan masih banyak lagi.

Seiring dengan bertambahnya usia, fokus saya juga mulai berubah. Jika punya waktu luang maunya membaca, dan belajar hal-hal baru untuk mengembangkan karier. Tujuan finansial pun sudah berbeda. Jika dulu banyak untuk kegiatan hobi K-pop, sekarang saya berusaha untuk menabung untuk masa depan (ehem!).

 Jutaan rupiah demi oppa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline