Lihat ke Halaman Asli

Sheila Happy Natania

College Student

Bencana Erupsi Gunung Semeru, Bagaimana Pengelolaan Risiko dari Sektor Wisata?

Diperbarui: 14 Desember 2021   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Antara Foto/Zabur Karuru

Masyarakat Indonesia pastinya sudah tidak asing lagi dengan salah satu gunung tertinggi di Indonesia, Gunung Semeru. Khususnya di kalangan para pendaki, Gunung Semeru menjadi salah satu yang harus masuk ke dalam bucket list destinasi pendakian. Gunung yang memiliki ketinggian sebesar 3.676 meter (mdpl) ini terletak di Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Namun, gunung dengan berbagai macam keindahan di dalamnya saat ini justru memberikan luka yang mendalam bagi masyarakat sekitarnya.

Pada tanggal 4 Desember 2021 Gunung Semeru mengalami erupsi yang diawali dengan adanya kerjadian lahar pada pukul 13.30 WIB. Tanpa adanya peringatan, seketika langit menjadi gelap dan masyarakat langsung bergegas untuk mengevakuasikan diri. Berdasarkan sindonews.com total korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru per 11 Desember 2021 .sebanyak 46 jiwa.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya memahami risiko yang ada memang dirasa masih kurang. Misalnya saja, bencana banjir yang melanda wilayah-wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Kalimantan, dan wilayah lainnya yang selalu terjadi setiap tahunnya. Namun, kejadian ini tidak membuat kapok masyarakat Indonesia dan masyarakat masih kurang peduli dengan risiko tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sikap masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan menebang pohon secara liar.

Kejadian erupsi yang terjadi pada Gunung Semeru saat ini bukan merupakan yang pertama kalinya. Letusan pertama Gunung Semeru terjadi pada tanggal 8 November 1818. Kejadian erupsi Gunung Semeru dikategorikan sebagai risiko dasar dimana risiko ini merupakan peristiwa yang terjadi diakibatkan oleh alam seperti angin topan, tsunami, gempa bumi dan risiko ini berskala besar (cathastropic) yang mana frekuensi terjadinya adalah jarang namun dapat memberikan kerugian yang sangat besar. Erupsi Gunung Semeru yang sudah terjadi beberapa kali sejak tahun 1818 ini tentu seharusnya perlu dilakukan pengelolaan risiko, sehingga kerugian baik secara materi maupun korban jiwa yang dialami dapat diminimalkan.

Berdasarkan peristiwa erupsi Gunung Semeru ini, maka dapat ditentukan kejadian risiko yang ada yakni destinasi wisata Gunung Semeru ditutup sementara waktu. Seperti yang kita ketahui, Gunung Semeru memiliki banyak keindahan alam di sekitarnya seperti Ranu Kumbolo dan Ranu Pani yang membuat banyak masyarakat berkunjung untuk menikmatinya. Namun, adanya erupsi Gunung Semeru tentunya memunculkan risiko yang akan dihadapi salah satunya destinasi wisata Gunung Semeru ditutup sementara waktu. Berikut adalah pemaparan pengelolaan risiko atas kejadian risiko ini.

  • Pemilik risiko (risk owner) dari kejadian ini yaitu pihak pengelola dalam hal ini Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
  • Konteks : Struktur organisasi yang dimiliki oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai berikut.

Sumber : https://bromotenggersemeru.org/page-static/organisasi

  • Sasaran : Menjadi destinasi wisata terbaik di Indonesia
  • Akar penyebab : Bencana erupsi Gunung Semeru
  • Indikator risiko : Debu vulkanik yang berasal dari gunung. Seperti yang kita ketahui, debu vulkanik yang muncul dari erupsi gunung berapi dapat membahayakan kesehatan, seperti iritasi pada mata, paru-paru, dan kulit.
  • Internal control : Penggunaan early warning system di wilayah Gunung Semeru sebagai peringatan
  • Dampak kualitatif : Masyarakat khawatir untuk pergi ke destinasi wisata Gunung Semeru setelah destinasi wisata dibuka kembali
  • Strategi untuk mengelola kejadian risiko ini adalah mitigasi (mitigate)
  • Penanganan risiko dari kejadian risiko ini antara lain:
    • Melakukan sosialisasi terkait sistem keamanan area wisata Gunung Semeru
    • Menggunakan early warning system untuk peringatan tanda-tanda erupsi
  • Penanganan risiko yang telah dilakukan: Menggunakan early warning system untuk peringatan tanda-tanda erupsi

Diharapkan dengan adanya pengelolaan risiko ini, masyarakat dapat lebih berhati-hati dan lebih sadar akan risiko yang ada. Tidak hanya pada bencana erupsi melainkan bencana alam lainnya seperti banjir sehingga dampak kerugian yang dialami dapat berkurang.

Referensi:

Wikipedia

sindonews.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline