Lihat ke Halaman Asli

Ssst Jangan Salah Pengasilan ku Gede Loohh..

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jika kita melintas di kawasan Monas, kawasan perkantoran Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin Jakarta. pasti ada melihat orang yang memiliki berbagai profesi. Dari jabatan yang Tingi sampai karyawan yang terendah yang memiliki berbagai profesi. dari pekerja kantoran yang memakai dasi, sampai pedagang kopi keliling yang memakai kaos oblong dan peci. Hilir mudik lalulintas jalan raya Ibu kota yangsibuk dan macet sudah menjadi teman akrab setiap hari.

Banyak gedung-gedung pencakar langgit yang di dalamnya terisi banyak kesibukan. Di luaran gedung deretan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya,mulai dari,bakso,siomay,soto dan lain-lain.Selain itu banyak juga terlihat pedagang keliling yang mengunakan sepedah ontel yang membawa tremos dan segombyok sacet kopi kemasan yang menawarkan daganganya pada jam masuk kantor dan istirahat siang. Dengan mengendarai sepedah ontel dengan kecepatan lambat,sambil meneriakan kopi-kopi-kopi kepada karyawan yang akan mencari makan siang. Aku yang di duduk di kawasan budaran Hotel Indonesia langsung memangilnya. “ Mas kopi-kopi “ tanpa mengunakan rem tangan si penjual kopi langsung menghentikan laju sepedahnya.

Selamat siang Mas Broo? Tolong di buat kan kopi hitam,ngatuk banget ni... “siap bos ucap si penjual kopi” sambari melayani kopi yang aku pesan, aku menanyakan nama dan asal tempat tingalnya dari mana. Penjual kopi mengatakan kalau asalnya dari Solo Jawa Tengah dengan nama Anto. Mas Anto mengatakan jika profesinya sebagai penjual kopi baru di tekuninya satu tahun setelah tidak lagi bekerja di pabrik sepatu di Tangerang. Menurut Anto alasan tidak bekerja lagi di pabrik lantaran bekerja di pabrik saat ini tidak jelas setatusnya,yang setiap selesai kontrak harus bingung melamar pekerjaandi tempat baru. Pada akirnya ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta ikut temanta yang sudah berjualan kopi di sekitaran Monumen Nasional (Monas).

Sebari aku minum kopi aku mau wawancara ya mas boleh kan ? Mas Anto mengatakan boleh saja.

Mas Anto mulai berangkat Jualan jam berapa ?

Berangkat kerja saya juga sama kayak pegawai kantoran. persiapan dari rumah mulai jam 06 : 00 sudah siap semua dengan dagangan udah di sepedah,dan air panas sudah masuk di teremos sumua. Tingal berangkat dan berteriak-teriak “kopi-kopi sembar tersenyum”.

Biasanya jualan di mana saja Mas? dan sampai jam berapa ?

Saya jualan biasanya di sekitaran budaran Hotel Indonesia saja dan kalau jam istirahat kantor keliling di kawasan perkantoran. Kalau di tanya pulang jam berapa saya tidak bisa jawab,soalnya saya jualan ini saya angap jala-jalan jadi ngak ada tarjet untuk pulang jam berapa kadang kalau sudah capek jam 9 pagi pengen balik ke kos ya balik saja, kan bebas ngak ada yang ngelarang.

Mas Anto dalam jualan Perhari bisa habis berapa ?

Yang namanya jualan ya tidak tentu, kalau pas lagi rejeki hoki,sehari an berangkat pagi sampai jam 3 sore bisa 300 sachet bisa habis. Itu juga ngak setiap hari. Tapi rata-rata dalam 1 hari itu 150 sachet habis.Apalagi kalau ada acara demo,atau pas hari minggu di car freeday itu juga lumayan.

Berapa harga kopi yang siap minum?

Tergantung kopinya apa,kalau 1 sachet kapal api saya bisa hargai 1 bungkusnya 3 ribu sama kayak teman-teman yang lain. karena dari belanjanya harganya sudah 2 ribu karena harus ada gelas plastik dan air panas.

Sebagian orang banyak yang memandangnya sebelah mata dan diantaranya hina apa tangapan mas anto ?

Aku tidak pernah memperdulikan orang yang mengatakan hal itu,karena dari jualan kopi yang saya kumpulkan selama 1 tahun di kampung halaman saya bisa membangun rumah. Di banding dulu saya bekerja di pabrik yang gajian setiap bulan yang kadang sebelum gajian lagi sudah habis. Dengan jualan kopi keliling ya lumayan lahsetiap hari pasti pegang uang 2 Ratus ribu di dompet pasti ada setiap harinya yang sudah kepotong makan.

Pernah jualan dalam sehari Rekor tembus berapa?

Waktu itu ada demonstrasi buruh hari itu memang sangat membawa berkah bagi saya dari jualan mulai jam 07 pagi sampai jam 2 siang dagangan sudah ludes dan mendapat kan uang sekitar tujuh ratus ribu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline