Lihat ke Halaman Asli

Menimbang Pepatah Banyak Anak Banyak Rezeki

Diperbarui: 10 Juni 2024   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Banyak anak banyak rezeki pepatah lama yang kalimatnya sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Pepatah yang sudah lama mengakar dalam diri masyarakat. Hal ini dianggap dapat memotivasi masyarakat untuk memiliki banyak anak yang didasarkan keyakinan bahwa kebutuhan akan tercukupi. Di masa lampau anak dianggap sebagai aset yang berharga karena dapat membantu meringankan pekerjaan orang tua serta membantu orang tua dalam menghasilkan uang. Maka semakin banyak anak, semakin banyak pula tenaga kerja yang dihasilkan sehingga berpotensi meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan keluarga. Selain itu banyak orang percaya bahwa anak termasuk rezeki yang datang dari Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu perlu disyukuri. Anak juga dianggap membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi orang tua.

Namun di era modern ini pepatah tersebut perlu ditimbang dan dimaknai lebih lanjut dari sisi negatif dan positifnya. Karena mulai dipertanyakan relevansinya. Menimbang dari sisi positifnya dengan memiliki banyak anak dapat memberikan kebahagiaan, karena bagi sebagian orang dapat membawa kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup. Selain itu memiliki banyak anak dapat meningkatkan rasa kekeluargaan, saling kasih mengasihi, mencintai, serta menghargai antar anggota keluarga. Dengan adanya seorang anak dapat mengubah pola komunikasi, mempengaruhi waktu yang tersedia, meningkatkan kompleksitas peran dan tuntutan (Hairunisa, 2021). Jika dilihat dalam sudut pandang yang lebih luas memiliki banyak anak artinya menyumbang lebih banyak pertumbuhan populasi, yang berarti dengan populasi yang besar dapat berkontribusi dan mendukung pembangunan bangsa dan negara.

Sedangkan jika dilihat dari sisi negatifnya pepatah banyak anak banyak rezeki berarti turut menambah beban keuangan dan pengeluaran. Karena dengan membesarkan anak berarti membutuhkan biaya yang besar, terutama pada era modern, dengan kebutuhan, keperluan, serta tuntutan hidup yang semakin tinggi dan kompleks. Memiliki banyak anak dapat menjadi penyumbang beban ekonomi bagi keluarga, terutama jika orang tua tersebut tidak memiliki persiapan keuangan yang matang. Selain itu, dengan banyaknya anak, berakibat pada perhatian dan pengasuhan yang diberikan kepada setiap anak dikhawatirkan menjadi berkurang. Sehingga hal ini dapat berakibat pada kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, emosional, dan edukasi bagi anak. Karena alasan tuntutan hidup yang ada mengakibatkan banyak anak -- anak yang kita temui di jalan berkeliaran, meminta minta, putus sekolah, serta rela menerjang panas dan hujan demi mencari uang membantu perekonomian keluarga. Jika dilihat dalam sudut pandang lingkungan, pertumbuhan populasi yang tinggi dan pesat dapat berdampak pada kelestarian lingkungan, seperti menipisnya sumber daya alam dan meningkatnya pencemaran. Utamanya di kota -- kota besar, banyak daerah kumuh dengan lingkungan tercemar disertai populasi yang tinggi. Hal ini menandakan memiliki banayak anak dan menambah populasi tidak selalu berujung positif.

Berdasarkan pemaparan dampak negatif dan positifnya, perlu untuk diingat bahwa pepatah "banyak anak banyak rezeki" tidak dapat disimpulkan secara mutlak karena tidak memiliki bukti ilmiah yang mendukungnya. Rezeki tersebut tidak datang secara serta merta karena memiliki banyak anak, ada berbagai faktor lain yang memengaruhi kesejahteraan perekonomian seseorang dan keluarga, seperti pendidikan, kerja keras, keterampilan, dan peluang ekonomi. Di sisi lain, jika dilihat dari kesehatan fisik seseorang utamanya seorang ibu, memiliki banyak anak dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan ibu dan anak, serta bagi lingkungan. Beberapa penelitian dan pendapat menunjukkan bahwa kehamilan dan persalinan yang berulang dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan bagi ibu, seperti anemia, persalinan prematur, dan kematian ibu. Seperti contohnya beberapa ibu yang oleh dokter telah disarankan untuk tidak memiliki anak lagi, hal ini jika diabaikan dapat meningkatkan risiko pada ibu dan anak. Anak-anak dari keluarga dengan jumlah banyak juga lebih berisiko mengalami kekurangan gizi, stunting, dan keterlambatan perkembangan.

Namun perlu diketahui bahwa keputusan untuk memiliki anak merupakan pilihan pribadi yang harus dipertimbangkan dengan matang, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti kondisi keuangan, kesiapan mental dan emosional, serta kondisi sosial dan lingkungan. Serta perlu diingat memiliki banyak anak bukan merupakan jaminan rezeki yang berlimpah, dan penting untuk memprioritaskan kualitas hidup anak dengan memberikan pengasuhan yang baik, optimal dan pendidikan yang memadai. Sebelum memutuskan memiliki banyak anak perlu untuk ditimbang dan direncanakan kembali, sanggupkah kita untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, emosional, pendidikan, serta kesehatan secara baik. Sekali lagi perlu untuk diingat bahwa setiap keluarga memiliki kebutuhan dan keadaan yang berbeda. Tidak ada sesuatu yang sama dan cocok untuk semua orang dalam hal memiliki anak. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang sudah dipertimbangkan dan dipikirkan matang -- matang.

Daftar Pustaka:

Hairunisa, G. N. (2021). Pengaruh kehadiran anak dan jumlah anak terhadap kebahagiaan orang tua. Martabat: Jurnal Perempuan dan.\




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline