Lihat ke Halaman Asli

Makanan Cepat Saji di Kalangan Remaja dan Dampak Bagi Kesehatan

Diperbarui: 25 Maret 2023   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orang yang berusia antara 10 dan 19 tahun dianggap sebagai remaja. Remaja didefinisikan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 sebagai usia antara 10 dan 18 tahun. Masa remaja dimulai ketika seorang anak berusia 12 tahun dan berlangsung hingga sekitar 17 atau 18 tahun29. Jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, remaja memiliki kebutuhan gizi yang unik. Hal ini karena pubertas dikaitkan dengan pertumbuhan yang cepat dan perubahan kematangan fisiologis selama masa remaja.

Dari sudut pandang biologis dan psikologis, remaja memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Kebutuhan gizi remaja harus seimbang dengan aktivitas biologisnya. Jika dibandingkan dengan anak-anak, remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral dari setiap kalori yang mereka konsumsi. Jika dilihat dari segi mental, remaja kurang mempertimbangkan faktor kesehatan dalam mengambil keputusan. Namun, remaja lebih memperhatikan pengaruh lain pada dirinya, seperti lingkungan sosialnya, budaya hedonistik, dan orang-orang di sekitarnya.

Bahkan bagi remaja, makanan merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan anggapan remaja kurang makan, baik jumlah maupun kualitasnya, akan menyebabkan gangguan pada siklus metabolisme tubuh, yang dapat memicu pertaruhan penyakit. Remaja yang tidak cukup berolahraga dan makan terlalu banyak juga akan mengalami masalah kesehatan, seperti berisiko terkena penyakit degeneratif, jika tidak cukup berolahraga.

Kebutuhan nutrisi remaja harus diperhatikan. Hal ini karena kebutuhan gizi remaja meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu, perubahan gaya hidup dan pola makan juga akan mempengaruhi tingkat kesehatan remaja. Remaja disibukkan dengan banyak aktivitas fisik. Akibatnya, kebutuhan remaja akan kalori, protein, dan mikronutrien harus diperhitungkan.

Saat ini banyak sekali remaja yang menggemari fast food. Remaja yang memiliki gerak ramah yang tinggi umumnya akan menunjukkan kerjasama dengan teman sebayanya. Para remaja sering makan bersama secara berkelompok di restoran yang menyajikan fast food atau makanan siap saji dari kota besar. Negara-negara Barat menghasilkan makanan cepat saji, yang biasanya mengandung banyak kalori dan lemak. Ini dapat menyebabkan obesitas jika sering dikonsumsi dalam jumlah banyak. Masalah nutrisi lainnya dapat terjadi akibat kelebihan berat badan atau obesitas.

Masyarakat umum juga menyebut fast food sebagai junk food. Junk food didefinisikan sebagai makanan yang tidak bergizi atau junk food dalam arti harfiah. Ide di balik istilah tersebut adalah untuk merujuk pada makanan yang dianggap tidak memiliki nilai gizi bagi tubuh. Makan junk food tidak hanya boros, tetapi juga buruk bagi kesehatan Anda.

Adapun dampak mengonsumi makanan cepat saji bagi Kesehatan sebagai berikut :

  • Diabetes atau kegemukan. Remaja yang mengonsumsi makanan   cepat   sajidiluar   batas   wajardapat  berisiko  mengalami  obesitasatau kegemukan.   Remaja   yang   mengonsumsi makanan cepat saji dengan asupan energi total  yang  tinggi  memiliki  risiko  sebesar 2,27  kali lebih  tinggi  mengalami  obesitas daripada     remaja     yang     mengonsumsi asupan  energi makanan  cepat  sajiyang rendah. Kebiasaan makan yang salah pada anak  maupun  remaja  akan  meningkatkan kejadian   obesitas,  salah   satunya   adalah kebiasaan    makan    makanan makanan cepat saji.
  • Meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Makanan cepat saji, seperti kentang  gorengmemiliki  rasa  yang  enak bagi  kebanyakan  orang.Tanpa  disadari, makanan   tersebut   mengandung   garam yang  tinggiyang  dapat  meningkatkan air liur dan sekresi enzim, sehingga meningkatkan    keinginan    untuk    terus makan     makanan     tersebut.Tingginya kandungan lemak jahat    dan    natrium mengganggu  keseimbangan  sodium  dan potasium dalam tubuh,sehingga menyebabkan hipertensi.
  • Meningkatkan faktor sakit kanker. Mengonsumsi makanan cepat saji meningkatkan risiko kanker, seperti kanker pada organ sistem pencernaan.  Studi  di  Eropa  menyebutkan bahwa konsumsi makanan cepat saji yang terlalu  sering dapat  meningkatkan  risiko kanker kolorektal. Hal ini karena makanan  cepat  saji  kuang  mengandung serat, namun tinggi gula dan lemak. Selain itu, penelitian  lain  menunjukkan bahwa pria  yang terlalu  sering  makan makanan yang  digoreng lebih  dari  dua  kali  dalam satu bulan telah menunjukkan peningkatan risiko kanker prostat
  • Meningkatkan faktor stroke. Pola   makan   yang   salah   seperti makan  makanan  cepat  saji  dapatmemicuterjadinya  stroke  pada  usia  muda.Hal  ini disebabkan  karena  kandungan  kolesterol yang   tinggi.   Kolesterol   tidak   baik   bagi kesehatan, yaitu apabila terjadi penyumbatan pembuluh darah. Apabila mengenai pembuluh darah otak, maka akan menyebabkan stroke
  • Meningkatkan faktor penyakit jantung. Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian yang menakutkan.Ketersediaan makanan cepat  saji yang  tinggi dikaitkan  dengan kematian  dan penyakit  jantung  koroner akut,   serta   kelebihan   berat   badan dan obesitas yang tinggi.

Selain dampak mengonsumsi makanan cepat saji juga terdapat faktor-faktor yang mempengarui mengonsumsi malanan cepat saji dikalangan masyarakat khususnya remaja sebagai berikut:

  • Harganya murah dan terjangkau. Harga yang murah dan porsi besar yang  ditawarkan  restoran  cepat  saji  juga berpengaruh terhadap kebiasaan mengonsumsi makanan  cepat  saji.  Selain itu,   banyaknya   penawaran   diskon   oleh restoran   cepat   saji   juga   meningkatkan keinginan     masarakat untuk     membeli makanan   tersebut28.   Diskon   dan   paket hemat yang ditawarkan membuat konsumen,    khususnya   remaja   menjadi semakin     tertarik     untuk     datang dan mengkonsumsi makanan cepat saji.
  • Enak rasanya. Makanan cepat  saji    maupun junk foodumumnya  disukai  oleh  masyarakat, termasuk   remaja   karena   memiliki rasa yang enak.   Faktor   yang   menyebabkan makanan  cepat  saji  memiliki  rasa  yang enak adalah tingginya kandungan minyak, garam  dan  gula.  Restoran  makanan  cepat saji     pada     umumnya     berlomba-lomba membuat  variasi  makanan  baru  dengan rasa  yang  enak  sehingga  sesuai  dengan selera masyarakat
  • Penyajiannya cepat dan praktis. Pelayanan yang cepat dan penyajian yang praktis juga mempengaruhi masyarakat untuk mengonsumsi   makanan   cepat   saji.   Bagi mahasiswa, mengonsumsi makanan cepat saji  menjadi  pilihan  karena  keterbatasan waktu yang dimiliki.

Hal tersebut membuktikan bahwa makanan cepat saji telah menjadi hal yang umum dalam masyarakat khususnya remaja. Makanan cepat saji juga menjadi salah satu alternatif bagi seseorang yang sedang terburu-buru sehingga tidak sempat masak sendiri. Namun, dibalik itu semua terdapat juga dampak dari mengonsumsi makanan cepat saji bagi kesehatan tubuh kita.

Oleh karena itu, remaja sebaiknya bersikap lebih bijak dan hati-hati dalam mengonsumsi makanan terutama makanan cepat saji atau fast food. Karena dari makanan yang kita konsumsi berpengaruh besar terhadap kesehatan tubuh kita. Alangkah baiknya sebelum mengonsumsi makanan tersebut kita memikirkan kesehatan tubuh kita dikemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline