Orang yang berusia antara 10 dan 19 tahun dianggap sebagai remaja. Remaja didefinisikan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 sebagai usia antara 10 dan 18 tahun. Masa remaja dimulai ketika seorang anak berusia 12 tahun dan berlangsung hingga sekitar 17 atau 18 tahun29. Jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, remaja memiliki kebutuhan gizi yang unik. Hal ini karena pubertas dikaitkan dengan pertumbuhan yang cepat dan perubahan kematangan fisiologis selama masa remaja.
Dari sudut pandang biologis dan psikologis, remaja memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Kebutuhan gizi remaja harus seimbang dengan aktivitas biologisnya. Jika dibandingkan dengan anak-anak, remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral dari setiap kalori yang mereka konsumsi. Jika dilihat dari segi mental, remaja kurang mempertimbangkan faktor kesehatan dalam mengambil keputusan. Namun, remaja lebih memperhatikan pengaruh lain pada dirinya, seperti lingkungan sosialnya, budaya hedonistik, dan orang-orang di sekitarnya.
Bahkan bagi remaja, makanan merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan anggapan remaja kurang makan, baik jumlah maupun kualitasnya, akan menyebabkan gangguan pada siklus metabolisme tubuh, yang dapat memicu pertaruhan penyakit. Remaja yang tidak cukup berolahraga dan makan terlalu banyak juga akan mengalami masalah kesehatan, seperti berisiko terkena penyakit degeneratif, jika tidak cukup berolahraga.
Kebutuhan nutrisi remaja harus diperhatikan. Hal ini karena kebutuhan gizi remaja meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu, perubahan gaya hidup dan pola makan juga akan mempengaruhi tingkat kesehatan remaja. Remaja disibukkan dengan banyak aktivitas fisik. Akibatnya, kebutuhan remaja akan kalori, protein, dan mikronutrien harus diperhitungkan.
Saat ini banyak sekali remaja yang menggemari fast food. Remaja yang memiliki gerak ramah yang tinggi umumnya akan menunjukkan kerjasama dengan teman sebayanya. Para remaja sering makan bersama secara berkelompok di restoran yang menyajikan fast food atau makanan siap saji dari kota besar. Negara-negara Barat menghasilkan makanan cepat saji, yang biasanya mengandung banyak kalori dan lemak. Ini dapat menyebabkan obesitas jika sering dikonsumsi dalam jumlah banyak. Masalah nutrisi lainnya dapat terjadi akibat kelebihan berat badan atau obesitas.
Masyarakat umum juga menyebut fast food sebagai junk food. Junk food didefinisikan sebagai makanan yang tidak bergizi atau junk food dalam arti harfiah. Ide di balik istilah tersebut adalah untuk merujuk pada makanan yang dianggap tidak memiliki nilai gizi bagi tubuh. Makan junk food tidak hanya boros, tetapi juga buruk bagi kesehatan Anda.
Adapun dampak mengonsumi makanan cepat saji bagi Kesehatan sebagai berikut :
- Diabetes atau kegemukan. Remaja yang mengonsumsi makanan cepat sajidiluar batas wajardapat berisiko mengalami obesitasatau kegemukan. Remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji dengan asupan energi total yang tinggi memiliki risiko sebesar 2,27 kali lebih tinggi mengalami obesitas daripada remaja yang mengonsumsi asupan energi makanan cepat sajiyang rendah. Kebiasaan makan yang salah pada anak maupun remaja akan meningkatkan kejadian obesitas, salah satunya adalah kebiasaan makan makanan makanan cepat saji.
- Meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Makanan cepat saji, seperti kentang gorengmemiliki rasa yang enak bagi kebanyakan orang.Tanpa disadari, makanan tersebut mengandung garam yang tinggiyang dapat meningkatkan air liur dan sekresi enzim, sehingga meningkatkan keinginan untuk terus makan makanan tersebut.Tingginya kandungan lemak jahat dan natrium mengganggu keseimbangan sodium dan potasium dalam tubuh,sehingga menyebabkan hipertensi.
- Meningkatkan faktor sakit kanker. Mengonsumsi makanan cepat saji meningkatkan risiko kanker, seperti kanker pada organ sistem pencernaan. Studi di Eropa menyebutkan bahwa konsumsi makanan cepat saji yang terlalu sering dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Hal ini karena makanan cepat saji kuang mengandung serat, namun tinggi gula dan lemak. Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa pria yang terlalu sering makan makanan yang digoreng lebih dari dua kali dalam satu bulan telah menunjukkan peningkatan risiko kanker prostat
- Meningkatkan faktor stroke. Pola makan yang salah seperti makan makanan cepat saji dapatmemicuterjadinya stroke pada usia muda.Hal ini disebabkan karena kandungan kolesterol yang tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, yaitu apabila terjadi penyumbatan pembuluh darah. Apabila mengenai pembuluh darah otak, maka akan menyebabkan stroke
- Meningkatkan faktor penyakit jantung. Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian yang menakutkan.Ketersediaan makanan cepat saji yang tinggi dikaitkan dengan kematian dan penyakit jantung koroner akut, serta kelebihan berat badan dan obesitas yang tinggi.
Selain dampak mengonsumsi makanan cepat saji juga terdapat faktor-faktor yang mempengarui mengonsumsi malanan cepat saji dikalangan masyarakat khususnya remaja sebagai berikut:
- Harganya murah dan terjangkau. Harga yang murah dan porsi besar yang ditawarkan restoran cepat saji juga berpengaruh terhadap kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji. Selain itu, banyaknya penawaran diskon oleh restoran cepat saji juga meningkatkan keinginan masarakat untuk membeli makanan tersebut28. Diskon dan paket hemat yang ditawarkan membuat konsumen, khususnya remaja menjadi semakin tertarik untuk datang dan mengkonsumsi makanan cepat saji.
- Enak rasanya. Makanan cepat saji maupun junk foodumumnya disukai oleh masyarakat, termasuk remaja karena memiliki rasa yang enak. Faktor yang menyebabkan makanan cepat saji memiliki rasa yang enak adalah tingginya kandungan minyak, garam dan gula. Restoran makanan cepat saji pada umumnya berlomba-lomba membuat variasi makanan baru dengan rasa yang enak sehingga sesuai dengan selera masyarakat
- Penyajiannya cepat dan praktis. Pelayanan yang cepat dan penyajian yang praktis juga mempengaruhi masyarakat untuk mengonsumsi makanan cepat saji. Bagi mahasiswa, mengonsumsi makanan cepat saji menjadi pilihan karena keterbatasan waktu yang dimiliki.
Hal tersebut membuktikan bahwa makanan cepat saji telah menjadi hal yang umum dalam masyarakat khususnya remaja. Makanan cepat saji juga menjadi salah satu alternatif bagi seseorang yang sedang terburu-buru sehingga tidak sempat masak sendiri. Namun, dibalik itu semua terdapat juga dampak dari mengonsumsi makanan cepat saji bagi kesehatan tubuh kita.
Oleh karena itu, remaja sebaiknya bersikap lebih bijak dan hati-hati dalam mengonsumsi makanan terutama makanan cepat saji atau fast food. Karena dari makanan yang kita konsumsi berpengaruh besar terhadap kesehatan tubuh kita. Alangkah baiknya sebelum mengonsumsi makanan tersebut kita memikirkan kesehatan tubuh kita dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H