Lihat ke Halaman Asli

Sharon

Farmasis, Badminton lover

Kadang Kita Terlalu Sibuk Mengasihani Mereka yang Tidak Menikah

Diperbarui: 1 Juli 2023   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Menikah masih menjadi salah satu utopia dalam sistem kemasyarakatan di Indonesia ini. Menikah pun belum sempurna kalau belum punya anak. Maka dari itu, akan menjadi berat untuk dapat tinggal dan bersosialisasi dalam bagi mereka yang tidak punya anak apalagi yang tidak menikah. Sebenarnya alasannya cukup masuk akal, karena kesepian memang salah satu momok dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia memang didesain untuk terus bersama-sama dan menjalin hubungan sampai akhir hidupnya. Dan tidak dapat dipungkiri, menikah dan punya anak memang salah satu solusinya. Ingat ya, salah satu bukan satu-satunya. Jadi, wajar jika orang yang tidak menikah dan tidak punya anak akan dengan erat ditempelkan dengan persepsi kesepian. Padahal ya masih banyak cara lain untuk menghindari kesepian, misalnya dengan banyak berteman atau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial. Meskipun tidak dipungkiri di dunia saat ini mendapatkan teman yang 'real friend' bukan hal yang mudah. Media sosial mengkonstruksi dunia yang penuh kepalsuan yang mau tidak mau menghasilkan hubungan-hubungan palsu. Sebagaimana yang kita lihat banyak sekali influencer dengan jutaan follower dan nampak banyak sirkel tapi begitu datang badai kesulitan, semua tersapu habis bersamanya.

Jadi, benar dong kalau menikah dan punya anak memang masih solusi terbaik untuk menghindari kesepian. Mungkin kalau dibilang terbaik ya kurang tepat. Kisah pembunuhan seorang ayah oleh anaknya sendiri di Bekasi jelas merupakan antitesis. Bagaimana sebuah kejadian yang sangat menyayat hati justru muncul di sebuah kehidupan yang sudah dianggap ideal. Menikah dan punya anak. Anaknya sendiri sudah disekolahkan dengan cukup baik kalau kita lihat dari berita yang beredar. Anaknya pernah menjadi salah satu profesi yang cukup terpandang di bumi pertiwi kita. Betapa kasihannya sang ayah harus meregang nyawa di tangan anaknya sendiri yang sudah disayangi dan dirawat sedemikian rupa. Selain kisah yang cukup ekstrem semacam ini, masih banyak pula kisah para orang tua yang patut dikasihani. Meskipun banyak digembar-gemborkan bahwa generasi sandwich adalahh anak yang harus menanggung orang tuanya serta keluarga kecil nya sendiri. Namun tidak sedikit pula fenomena sandwich ini datang dari orang tua yang menanggung hidup anaknya padahal anaknya sudah dewasa bahkan sudah menikah dan punya anak. Saya punya seorang teman yang ayahnya justru jatuh sakit semenjak anaknya menikah. Hal ini dikarenakan anaknya menikah dengan seorang laki-laki yang kurang baik, seseorang yang kurang bertanggung jawab hingga pernah terlibat kriminal dalam obat-obatan terlarang. Atau yang sedang terkenal juga terkait seorang anak yang menganiaya orang dikarenakan perkara asmara yang justru merembet kemana-mana hingga satu kementerian kocar-kacir. Tak hanya dari anak, hal menyayat hati dari pasangan pun sudah lebih dari cukup. Rasanya sudah bosan kita dicekoki kisah perselingkuhan para public figure. Hampir setiap bulan ada saja kasus baru. Belum kisah dari teman-teman sekitar kita.

Lalu apa artinya menikah itu tidak bahagia. Atau lebih baik memilih childfree. Pilihannya tentu pada masing-masing individu. Banyak pertimbangan ini dan itu. Dan bukan hal ini yang menjadi highlight dari artikel ini. Tapi satu hal yang perlu ada di kepala kita semua. Bahwa, setiap orang memiliki bahagia dan susahnya sendiri. Tidak perlu sibuk mengasihani orang lain yang sebenarnya juga belum tentu lebih kasihan dibandingkan kehidupan yang selama ini dianggap sebagai kesempurnaan konstruksi sosial. Saling mendoakan saja satu sama lain untuk menciptakan dunia yang lebih nyaman untuk dihidupi. 

Disclaimer : Saya mengucapkan belasungkawa yang mendalam teruntuk keluarga korban. Semoga korban dapat diberikan tempat terbaik di sisinya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline