"Kami mengingat saat kami menghadapi diskriminasi sebagai orang Asia. Kami menghadapi berbagai macam umpatan tanpa alasan dan cacian karena fisik kami. Bahkan ada yang bertanya pada kami kenapa kalian orang Asia tapi berbicara dengan Bahasa Inggris."
Hal tersebut disampaikan langsung oleh BTS melalui salah satu platform sosial media mereka di twitter, @BTS_twt pada tahun 2021. Mereka juga menyampaikan bahwa kita semua berhak untuk dihormati dan akan berjuang bersama-sama untuk melawan rasisme.
Pada hari Selasa, 31 Mei 2022, menjadi hari yang sangat bersejarah sekaligus membanggakan bagi para ARMY sebutan fans untuk boyband grup asal korea, BTS. Pasalnya Presiden Joe Biden yang merupakan Presiden Amerika Serikat terpilih mengundang BTS untuk bertemu di Gedung Putih, Washington DC.
Menariknya, kedatangan BTS di Gedung Putih bukan tanpa tujuan. BTS menjadi representasi Asia dalam fenomena Asian Hate. Fenomena Asian Hate merupakan suatu wujud kebencian warga Amerika Serikat terhadap kelompok masyarakat yang memiliki ras dan etnis dari Asia-Amerika. Dalam pidato yang disampaikan oleh BTS pada acara AANHPI atau Asian Americans and Native Hawaiian/Pacifics Islanders mereka menyampaikan pesan-pesan untuk menghentikan rasisme terhadap ras Asia di Amerika Serikat. AANHPI dibentuk oleh Presiden Joe Biden sebagai bentuk intervensi fenomena Asian Hate di Amerika Serikat yang mengkampanyekan tentang tindakan rasisme yang diperoleh warga keturunan Asia yang tinggal di Amerika (Stop AAPI Hate, 2021).
Fenomena Asian Hate menjadi salah satu bentuk rasisme yang terjadi kepada kelompok Asia-Amerika semenjak adanya virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Cina yaitu kota wuhan. Asian Hate semakin marak setelah Presiden Donald Trump yang menyebut virus covid-19 dengan sebutan "china virus". Berbagai opini pun muncul dan menyebabkan kebencian Amerika Serikat terhadap kelompok masyarakat Asia-Amerika semakin memburuk. Padahal terjadinya pandemi covid-19 tentunya bukan kesalahan Asia-Amerika maupun kesalahan dari individu berdasarkan ras dan etnis tertentu.
Tidak hanya itu, pada tahun 1882, Presiden Chester A. Arthur menandantangani dan mengesahkan Undang-Undang Eklusi Tionghoa (the Chinese Exclusion Act) dimana didalam undang-undang tersebut berisi larangan kepada seluruh imigrasi buruh Tionghoa. Sebelumnya teman-teman pasti pernah mendengar tentang #blacklivesmatter, tagar tersebut juga muncul dikarenakan oleh adanya tindakan rasisme terhadap orang berkulit hitam di Amerika Serikat.
Kenapa rasisme terus terjadi di Amerika Serikat?
Rasisme dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Rasisme dapat terjadi tidak hanya dari perbedaan warna kulit tapi juga dari perbedaan kebudayaan yang membawa pada sekat-sekat peminggiran dan superioritas budaya tertentu.
Rasisme muncul dari teori awal superioritas ras sebagai pembenaran dominasi satu ras atas ras lain. Teori yang diajukan oleh Charles Darwin ini berasal dari konsep survival of the fittest. Menurut teori tersebut, seseorang yang menjadi rasis mempunyai lebih banyak keuntungan yang berguna untuk bertahan hidup, dengan memanfaatkan inferioritas ras lain yang dianggap lebih rendah dari mereka. Jadi, kelompok Amerika Serikat merasa bahwa mereka lebih superior dibandingkan dengan kelompok ras dan etnis lainnya. Amerika Serikat yang memandang rendah kelompok lain secara emosional menyebabkan mereka merasa lebih baik daripada kelompok lain sehingga memiliki persepsi bahwa mereka berhak untuk memimpin atau mendominasi etnis dan ras kelompok lain. Akibatnya, membuat mereka dapat melakukan apapun menurut mereka yang tidak sesuai dengan apa yang telah ada dalam sejarah dan budaya mereka yang disebut dengan diskriminasi.