Lihat ke Halaman Asli

Mempertanyakan Ketidakadilan di Dunia Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan berikut disadur dari WordPress saya yang beralamatkan di: http://sharimaumaya.wordpress.com dan sudah mengalami beberapa perubahan sana-sininya.

Apakah wajar sekolah yang menduduki peringkat ke-2 UN se-DKI Jakarta untuk program studi IPA serta program studi IPS pun juga memiliki prestasi yang baik, bahkan kabarnya nilai SNMPTN Tulis angkatan 2011 meraih peringkat 3 se-Indonesia hanya mendapatkan 4 undangan dari PTN?

Apakah wajar, nilai rapor kami yang berdasarkan soal yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dibandingkan dengan nilai rapor mereka yang diberikan soal dengan tingkat kesulitan mudah?

Apalah arti akreditasi sama-sama A jika kenyataannya bobot soal yang diberikan untuk menguji siswa jauh berbeda?

Masih belum puas?

Lalu, apakah wajar soal ulangan SMA negeri favorit di Jakarta dijadikan soal Remedial di sekolah kami?

Apakah hasil kerja keras dari kami tidak dilihat melainkan disamakan dengan (maaf) mereka yang meraih nilai di rapor dengan mudah?

Apalah arti goresan pena kami, hentakan sepatu kami tiap menginjakkan kaki di sekolah, peluh keringat usaha keras yang kami lakukan untuk memahami materi yang tingkat kesulitannya tinggi jika usaha kami, dari pagi hingga malam untuk menimba ilmu?

Apalah arti sebuah angka, nilai yang kami dapatkan dengan penuh kerja keras apabila disamakan dengan mereka yang soal ulangannya hanya menanyakan hal mendasar dibandingkan kami yang harus memeras otak untuk menjawab soal-soal yang diberikan?

Tidak hanya itu saja.

Apakah kami yang selain dirugikan dengan adanya sistem SNMPTN Undangan dimana di mata saya dan teman-teman saya SANGAT tidak komprehensif dalam menjaring mahasiswa baru sekarang menjadi korban keegoisan orang dewasa yang berlabelkan Diknas dan BNSP yang seenaknya membuat wacana tanpa memikirkan kami?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline