Lihat ke Halaman Asli

Sharfina

TERVERIFIKASI

Content Writer

Bisnis Bareng Teman Itu Asyik, tapi Siap-siap Juga Sama Dramanya

Diperbarui: 24 Maret 2023   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menentukan tujuan dan target bisnis bareng teman (Sumber: shutterstock via Kompas.com)

Tak bisa dipungkiri, kehidupan sebagai mahasiswa sering kali dihadapkan dengan banyak kebutuhan yang memerlukan budget yang cukup besar, mulai dari ngeprint hingga pembuatan makalah, dan juga bayar buku kuliah yang  harganya cukup menguras kantong. Sehingga, sebagian mahasiswa akhirnya berusaha mencari kegiatan sampingan, seperti magang, ikut event yang berbayar hingga bisnis kecil-kecilan guna memenuhi kebutuhan.

Berhubung di Kompasiana ada topik pilihan "Berbisnis dengan Teman", saya mau menceritakan sedikit pengalaman berbisnis dengan teman sewaktu kuliah. 

Bisnis ini pernah saya lakukan sebanyak 3 kali dengan teman yang berbeda selama kuliah. Demi menjaga privasi teman saya, maka nama-nama teman saya ini akan disensor dengan nama-nama bunga.😬

Bermula saat saya memulai masuk perkuliahan di tahun 2012, saya bertemu dengan seorang teman sebut lah namanya Mawar. Pertemuan saya dengan Mawar berawal dari kelas Structure. Karena saya dan beberapa teman sering belajar bersama dan obrolan kami sefrekuensi, maka pertemanan kami pun semakin akrab. Hingga akhirnya di pertengahan semester, Mawar mengajak saya berbisnis dengannya.

Awal ide bisnis itu muncul dikarenakan tekad kami yang ingin menghasilkan uang sendiri agar tidak merepotkan orangtua, kan sudah dewasa juga, masa masih minta uang sama orangtua melulu. Yaa meski tetap dikasih tapi rasanya kalau punya penghasilan sendiri kan lebih enak. 

Oke, balik lagi ke bisnis yang akan kami jalankan.......

Bisa dikatakan bisnis yang kami jalani saat itu bukanlah bisnis besar, melainkan bisnis kecil-kecilan berupa produk bross dan gantungan kunci handmade yang terbuat dari kain flanel. 

Berhubung kami menjalaninya hanya berdua, maka kami pun berbagi tugas. Karena sebelumnya Mawar sudah punya keahlian membuat flanel ini sejak tinggal di Pare, maka Mawar bekerja di proses produksi (mulai dari pembuatan pola hingga menjahit), sedangkan saya bagian pemasaran dan penjualan produk.

Ilustrasi Bross bunga berbahan dasar kain flanel (Sumber: www.Liputan6.com)

Berhubung tahun 2012, Instagram dan marketplace belum se-hype sekarang, sehingga  waktu itu saya banyak memanfaatkan promosi melalui Twitter, Facebook, dan juga modal keberanian dengan menghampiri mahasiswi yang lagi duduk di beranda fakultas. Beruntung saat kuliah, saya termasuk orang yang easy going dan mudah berbaur, Alhamdulillah dagangan kami pun ternyata terjual juga.

Namun yang namanya bisnis tidak selalu berbuah manis, kami pun juga sempat merasakan memiliki kompetitor serupa. Alhasil kami pun mengekspansi produk kami dalam bentuk sampul untuk binder. Nah, untuk yang sampul binder ini sistem yang kami terapkan pre order (po), sehingga kalau ada pesanan saja, baru dibuat oleh Mawar. 

Ilustrasi sampul binder berbahan flanel (Sumber: seputarbahan.me)

Di pertengahan jalan, saya juga lupa tepatnya bulan apa, bisnis kami sempat mandek dikarenakan kesibukan kami masing-masing. Suatu hari, kami merasa bisnis yang mandek ini "memiliki bau-bau tidak akan berlanjut", akhirnya kami pun menjual sisa-sisa bross dan gantungan kunci yang terlanjur dibuat banyak dengan harga murah dari harga kompetitor. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline