Menjadi orangtua di usia muda tentunya bukanlah perkara yang mudah. Belum lagi, ketika mereka memiliki anak dan berusaha merawat anak mereka sendiri tanpa bantuan orang tua, mertua maupun baby sitter, terbayang dong ribet dan stresnya seperti apa?
Apalagi bagi mereka yang baru menjadi ibu muda dan minim pengetahuan mengenai merawat bayi itu seperti apa, tentunya hal itu akan berdampak pada emosi mereka, mulai dari mudah marah, menangis bahkan menyalahi diri sendiri karena tidak dapat menjadi ibu yang baik untuk anaknya.
Well, jika pengalaman tersebut terjadi pada kamu sekarang dan kamu bingung harus cerita ke siapa serta belum menemukan cara mendidik anak yang baik dan benar itu seperti apa. Penjelasannya dapat kamu temukan dari buku "Happy Little Soul".
Happy Little Soul
Mungkin di antara kamu ada yang pernah baca atau bahkan belum sama sekali baca buku "Happy Little Soul". Well, buku ini sebenarnya sudah populer sekali di tahun 2017 bahkan penjualnnya bisa dikatakan best seller dan telah dicetak berkali-kali.
Awalnya, saya mengira buku ini merupakan novel anak, ternyata buku ini merupakan buku parenting yang ditulis oleh Retnohening.
Melalui buku "Little Happy Soul", Retnohening banyak memberikan pengalaman serta masukan dalam mengasuh anak. Di buku tersebut, juga diceritakan bagaimana pengalaman Retno berupaya memiliki anak dan bagaimana Retno menanggapi komentar orang-orang terdekat ketika dia ternyata memiliki prinsip yang berbeda ketika mengasuh puterinya, kirana.
Dalam buku "Happy Little Soul" diceritakan pula bagaimana Kirana yang saat itu masih balita selalu menangus dan selalu mengucap kata-kata yang tidak dipahami, pasti sebagai orangtua yang belum berpengalaman mengurus anak akan merasa bingung. Tapi cara terbaik yang harus dilakukan adalah dengan berbicara, merespons, dan memahami maksud dari anak tersebut. Bagi Retno, ketika tangisan maupun ocehan yang keluar dari mulut Kirana yang saat itu masih batita merupakan bentuk komunikasi yang harus ditanggapi dengan sabar. Meskipun hal tersebut terdengar aneh, namun ternyata cara itu yang membuat Kirana menjadi anak yang lancar berbicara sebelum usianya genap 3 tahun.
Selain itu, dalam bukunya, Retno juga mengatakan bahwa anak juga perlu diajak bermain bersama. Buatlah permainan yang mengajaknya untuk berpikir, berimjaninasi dan menciptakan kreativitas. Retno sendiri merupakan seorang ibu yang membatasi Kirana menggunakan tablet. Bahkan ketika anaknya menggunakan tablet, dia ikut mendampingin dan ettap mengajaknya berinteraksi.
Setiap harinya, anak pasti akan mengenal dan belajar hal-hal baru. Anak pasti akan mersa senanh, jika ia berhasil melakukan sesuatu. Nah, ketika anak berhasil melakukan hal, penting bagi orang tua untuk menghargai usaha mereka tersebut, meskipun apa yang mereka lakukan adalah hal-hal kecil, seperti bisa meloncat dengan satu kaki, bisa menggambar awan dan sebagainya tetaplah untuk bisa dihargai agar anak menjadi semangat melakukan hal hal baru.
Di masa kanak-kanak, tak jarang anak akan meminta dibelikan mainan yang mungkin sudah ia miliki sebelumnya. Bahkan, ketika keinginan tak dipenuhi, anak akan menangis dan memaksa orangtua untuk membelikannya. Dalam kasus ini, Retno sendiri sendiri termasuk selektif dalam memilih dan membeli mainna untuk anak. Baginya mainan yang baik untuk Kirana adalah yang mainan yang bermanfaat. JIkalau ia sudah memiliki mainan itu sebelumnya dantetap memaksa, sebagai orangtua sudah seharusnya memberikan pemahaman kepad anaka dengan cara baik dan menggantikannya dengan permainan yang lain. Namun, penting bagi orangtua ketika menjanjikan untuk mengganti mainan kepada si anak, jangan hanya memberikan janji dan iming-iming tanpa menunjukkan penggantinya. Jika budget orang tua sedikit, tak ada salahnya membuat mainan sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang ada.