Lihat ke Halaman Asli

“Only Five-Ten Minutes?”

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13010387611947234529

Kebaikan, meski sekecil apapun, jika itu seringkali dilakukan, akan jauh lebih bermakna dari pada berbuat kebajikan yang besar, namun musiman

******

Langit yang memayungi bumi Qatar pagi ini cerah. Usai salat Fajar, sayang sekali jika dilewatkan begitu saja. Lagian, suhu tidak lagi dingin seperti biasanya. Musim namapknya mulai bergeser. Dari dingin ke panas.

Saya sudah lebih satu bulan tidak aktif renang. Kecuali yang terakhir, 3 pekan lalu di Wendit-Malang. Pemandian alam cantik yang banyak kera nya. Ngeri juga pertama lihat! Tapi kami siap, pisang dan kacang, kesenangan kera. Jadi,…enjoy saja!

Di Doha nggak ada kera. Bukan berarti nggak bisa enjoy. Saya pikir senang atau tidak, itu relative. Dan bisa dibuat. Sebuah jawaban yang saya berikan malam tadi, kepada tetangga sebelah, Farid, asal Hyderabad-India, yang mengaku mood off akhir-akhir ini. Makanya, ke kolam renang, menjadikan alternative terbaik bagi saya. Mengurangi stress, fun dan sehat! Tidak jauh, hanya 10 menitdengan kendaraan.

Seperti biasa, saya selalu datang paling awal di kolam tersebut. Orang-orang Doha memang senang mbangkong (tidur sampai siang) jika weekend (di Arab, Jumat-Sabtu akhir pekan). Lebih nyaman.Selain air bersih, sepi dan leluasa jika berenang.

Ada beberapa petugas di Club tempat saya renang tersebut. Salah satu yang biasa saya temui ketika ganti pakaian renang ataupun saat mau pulang, seorang asal Srilanka. Saya sapa: “Hai…!” Dia balas: “Good morning Sir..!” Saya berhenti melanjutkan langkah naik tangga menunju kolam renang, dari kamar ganti, begitu mendengar sapanya. Saya menoleh sesaat. Kemudian dia menyambung.

“Kontrakan saya habis tanggal 28 Maret ini. Saya mau pulang.” Katanya. Sejenak, namun secepat itu pula, ‘syetan’ yang ada dalam pikiran saya berkata: “Apa urusanya denganku? Kontrak habis kan nggak ada hubungannya?” pikiran negativeini muncul.

“Apa yang dia katakana pasti ada maunya!” begitu si syetan berbisik lagi.Agar saya tidak terlalu menghiraukan. Namun sanubari saya menjawab,

“Betapa teganya kamu berbicara seperti itu kepada petugas kolam yang miskin ini. Apa salahnya sih, jika kamu meluangkan sebagian rejeki yang dilimpahkan Allah kepadamu untuk disedekahkan kepadanya? “Kembali, pemikiran jernih, bisikan ‘malaikat’ mencoba meluluhkan egoisme saya.

“Nggak usah kamu beri apa-apa! Tanggung jawab dia untuk menafkahi keluarganya. Biarin saja dia pulang ke Srilanka. Punya duit atau tidak, itu bukan urusanmu!” Bisik sang syetan lagi. Kali ini lebih keras.

Sambil berenang, saya berpikir. Syetan memang selalu menghalang-halangi kita bila mau berbuat baik. Dicegahnya kita dengan berbagai upaya, yang tanpa kita sadari, supaya jauh dari surga. Padahal kita tahu, sedekah yang kita berikan hakikatnya adalah tabungan. Bukan pengeluaran!

Alhamdulillah, bisikan naluri saya menang dalam berargumentasi dengan syetan.

Sebelum pulang, saya sempatkan mengucapkan selamat jalan kepada petugas pembersih kolam asal Srilanka tadi, sambil menyisipkan sedikit Riyal ke sakunya.Seperti yang biasa saya lakukan, sekedar pemberi semangat, bahwa saya menghargai apa yang dikerjakan untuk kami, pelanggan di kolam tersebut.

“Bye..bye…Take care!” saya lambaikan tangan ini sambil berjalan meninggalkan lelaki bertubuh tinggi kurus tadi.

Saat memasuki ruang tunggu yang biasa kami lewati sebelum ke luar Club, saya disapa oleh petugas Club, warga asal Filipina. Mengetahui saya hanya 30 menit di kolam renang, begitu singkat menurutnya, dia bertanya,: “Only 5-10 minutes?”

“Yes! It is better only little but routine or frequently, rather than 24 hrs, once in a year!” jawab saya, sengaja sambil menasehati diri sendiri terhadap apa yang terucap di bibir ini.

Pelajaran yang dipetik dari kejadian di atas adalah, jika kita mau berbuat baik, acapkali muncul pertentangan batin dalam diri sendiri. Yang jelek, selalu datang dari Syetan. Sedangkan yang baik, karunia Allah semata. Nilai kebaikan tersebut, meski sepertinya tidak bermakna, jika itu seringkali dikerjakan, akan jauh lebih bermakna, dari pada berbuat kebaikan yang besar, setahun sekali.

Wallalu a’lam!

Doha, 25 March 2011

Shardy2@hotmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline