Lihat ke Halaman Asli

Shara Bella Azahra

Mahasiswa Universitas Pakuan

Kunjungan FISIB UNPAK ke RSJ Marzoeki Mahdi: Peran Psikologi Komunikasi dalam Kesehatan Mental

Diperbarui: 17 Juni 2024   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumentasi saat kunjungan

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan (FISIB UNPAK) melakukan kunjungan edukatif ke Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi (RSJ MM) pada Selasa, 4 Juni 2024. Di RSJ MM, mahasiswa FISIB UNPAK berkesempatan untuk mengamati langsung bagaimana layanan kesehatan mental dijalankan. Selain itu, kunjungan ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok secara efektif, sehingga menciptakan suasana yang kondusif dan produktif selama kegiatan.

Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa FISIB UNPAK tentang masalah kesehatan mental dan pentingnya dukungan yang diberikan oleh rumah sakit kepada masyarakat. Lokasi kunjungan ini dipilih karena reputasinya sebagai pusat layanan kesehatan mental terkemuka di wilayah tersebut. Selain itu, memiliki program dan fasilitas yang memungkinkan mahasiswa  FISIB UNPAK untuk mengamati dan mempelajari praktik komunikasi psikologis dalam konteks nyata.

Widya Bunga Lestari Harta, Ketua Pelaksana, menjelaskan bahwa "Tujuan kunjungan ini, untuk mempelajari cara berkomunikasi secara psikologis karena kita belajar psikologi komunikasi dan alasan memilih lokasi tersebut adalah untuk menambah wawasan mengenai berbagai kondisi kesehatan mental, komunikasi yang terjadi diantara pasien dengan gangguan mental, dan bagaimana mendukung orang-orang yang hidup dengan kondisi gangguan mental. Kunjungan ini juga dapat membantu untuk mengurangi stigma seputar kesehatan mental dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang orang-orang dengan gangguan mental”.

Sumber: dokumentasi kelompok saat kunjungan

Setibanya di lokasi, kami memasuki ruangan pertama yaitu ruangan Sadewa, ruang rawat inap yang dikhususkan untuk pasien dengan kondisi tenang dan mampu beraktivitas. Ruangan ini dijaga oleh 13 orang, terdiri dari perawat dan cleaning service. Ahmad Rifa'i, salah satu perawat, menjelaskan bahwa pasien di ruangan ini didiagnosis dengan skizofrenia psikotik. Pengobatan berlangsung selama 18 hari, namun dapat diperpanjang jika pasien belum stabil. Dahulu, untuk pengobatan hanya memiliki tiga jenis obat, yaitu Chlorpromazine, Haloperidol, dan Trihexyphenidyl. Kini, pengobatannya lebih beragam, termasuk suntikan untuk pasien yang sulit minum obat. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan gejala yang dialami pasien. Kegiatan di ruang rawat inap meliputi ibadah, sarapan, senam, edukasi, dan komunikasi secara berkelompok.

Ruangan kedua merupakan ruang rehabilitasi untuk pasien rawat jalan, rata- rata pasien di ruangan ini mengalami gangguan mental seperti bipolar. Pasien berasal dari berbagai kota, termasuk Jakarta, Tangerang, Bekasi, Nias, Brebes, dan Kalimantan. Usia pasien minimal 19 tahun dan maksimal 50 tahun, usia produktif untuk mengikuti program rehabilitasi. Pembayaran dapat dilakukan melalui BPJS atau non-BPJS.

Sumber: dokumentasi saat kunjungan

Sri Lestari Dwi Saptorini, Psi, menjelaskan bahwa pasien rawat inap menjalani pengobatan untuk mencapai kestabilan dalam berinteraksi. Setelah pulih, mereka pulang ke rumah masing-masing. Beberapa keluarga kesulitan memberikan kegiatan yang tepat bagi mereka, sehingga memilih untuk mengikutsertakan mereka dalam program rehabilitasi rawat jalan. Program ini berlangsung dari pukul 09.00 hingga 14.30 WIB, dengan kegiatan seperti morning activity (belajar cuci tangan, brain gym, psikoedukasi, dan etika) dan kelas vokasional. Kelas vokasional terdiri dari lima pilihan: tata boga (pembuatan roti), pembuatan telur asin, pembuatan gerabah, perkebunan (hidroponik pokcoy dan organik kangkung).

Proses mengikuti kegiatan rehabilitasi diawali dengan seleksi yang dilakukan oleh Tim yang terdiri dari psikolog, perawat, dan okupasi terapis. Seleksi ini bertujuan untuk menentukan program yang sesuai dengan latar belakang dan kemampuan pasien, termasuk melalui tes IQ. Setelah seleksi, pasien ditempatkan di level 1, yang fokus pada pengenalan teman dan program kegiatan. Di siang hari, pasien belajar bekerja sama dengan teman. Level 1 fokus pada kegiatan seperti mencuci, menyetrika, dan menyapu, untuk mengatasi malas yang sering dialami pasien psikotik. Level 2 mengajarkan penggunaan komputer dan memasak. Level 3 terdiri dari pasien yang telah menguasai keterampilan tertentu. . Tujuan utama kelas vokasional adalah untuk membekali pasien dengan keterampilan yang dapat diterapkan di rumah, sehingga mereka dapat menghasilkan penghasilan dan meningkatkan kemandirian. Kelas vokasional berlangsung pada hari Senin-Rabu, sementara hari Kamis diisi dengan kegiatan olahraga bulu tangkis atau senam dan musik. Hari Jumat diisi dengan kegiatan kerohanian.

Sumber: dokumentasi saat kunjungan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline