Menjadi orang tua merupakan tujuan utama dari sebuah pernikahan pada stigma yang mendominasi di lingkungan masyarakat. Meskipun, di era jaman sekarang ada kelompok beberapa orang yang mengkategorikan dirinya dengan sebutan "child free" yang artinya dengan sengaja tidak menginginkan kehadiran anak dalam rumah tangganya.
Bagi kebanyakan orang yang memutuskan untuk membina rumah tangga dengan ikatan pernikahan perkara anak menjadi sesuatu yang cukup kompleks. Kerumitan-kerumitan tersebut berawal dengan persiapan fisik, psikis dan juga finansial dari seorang istri dan juga suami. Namun, dewasa ini banyak pasangan suami istri yang memutuskan menikah tanpa adanya persiapan yang matang dari 3 kompenen tersebut. Rata-rata mereka menjalin pernikahan karena merasakan kecocokan antara 1 dengan yang lain. Padahal jika ditilik lebih dalam, penyebab perceraian di Indonesia juga diawali dengan kecocokan antar pasangan di awal kehidupan pernikahan.
Penyebab utama baik kegagalan pasangan suami istri menjalankan kehidupan rumah tangga dan juga kegagalan menjadi orang tua yang baik adalah adanya luka batin pada masa kecil yang belum terselesaikan. Lalu apa hubungannya ? Yuk, simak beberapa ulasan berikut:
- Luka inner child
Setiap orang memiliki masa lalu, tidak terkecuali luka batin ketika masih usia anak-anak hingga remaja. Luka batin ini yang harus disembuhkan dan diselesaikan. Luka batin ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti perlakukan dari orang tua, pembullyan atau perundungan, kondisi keluarga yang tidak harmonis, kehadiran anak yang tidak diinginkan, kekerasan dalam rumah tangga, dan masih banyak lainnya.
- Penyembuhan luka inner child
Luka inner child seseorang pada umumnya diabaikan dan dianggap dapat sembuh dengan seiring berjalannya waktu. Padahal, seseorang yang memiliki luka inner child di masa lalu perlu penyembuhan dengan proses yang tidak sebentar. Apabila terus diabaikan maka luka inner child seseorang akan berubah menjadi trauma dan bukan tidak mungkin menjadi faktor penyebab seseorang mengalami depresi atau bahkan gangguan jiwa. Untuk itu berdamailah dengan diri sendiri, menerima kenyataan dan tinggalkan masa lalu yang membuat sedih. Semua butuh proses jadi nikmati setiap proses karena pada intinya yang tahu keadaan diri seseorang adalah dirinya sendiri. Jangan ragu untuk menghubungi orang terdekat atau psikolog jika memerlukan penanganan lebih lanjut.
- Peran orang terdekat
Cara ampuh dalam penyembuhan luka inner child pada diri seseorang dapat diperoleh dari support orang terdekat seperti pasangan, sahabat, atau bahkan saudara. Namun yang perlu diingat adalah ketika memberikan support pada seseorang yang memiliki luka inner child perlu kehati-hatian. Untuk itu, hal yang perlu diupayakan adalah jangan pernah mencoba mengorek atau bertanya tentang inner child, tetapi biarkan yang bersangkutan membuka diri untuk menyampaikan gambaran atau deskripsi dirinya di masa lampau.
- Jangan anggap remeh
Seseorang yang memiliki luka inner child tanpa penanganan yang tepat maka akan terbawa hingga ia dewasa bahkan memiliki pengaruh besar ketika ia menjadi ibu atau ayah dari anak-anaknya. Dampak luka inner child akan mempengaruhi pola asuh terhadap anak-anak generasi berikutnya. Sebagai contoh, ibu yang memiliki luka inner child belum disembuhkan maka ketika berhadapan dengan anaknya ia akan cenderung menanggapi sikap anaknya dengan reaksi negatif, tidak mempedulikan perasaan anak, tidak bisa menjadi tempat sharing anaknya, dan cenderung menunjukkan sikap lawan kata dengan anak. Pola asuh yang sedemikian rupa tentunya tidak baik untuk tumbuh kembang anak. Hal ini dapat menyebabkan adanya luka inner child "warisan" yang turun temurun dari generasi orang tua hingga ke anak-cucunya karena memang tidak pernah terselesaikan dengan baik.
Sebelum memutuskan untuk membina rumah tangga dengan pasanganmu, pastikan luka inner child-mu telah diselesaikan dengan baik ya, guys. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencetak rumah tangga sehat yang bahagia dan sejahtera. Happy parenting !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H