Lihat ke Halaman Asli

Rara Palupi

Whim Person

Generasi "Sandwich", Mental Amankah?

Diperbarui: 14 Maret 2023   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Generasi Sandwich (Sumber: Muallifah - Neswa)

Generasi "sandwich" sering kali terdengar di telinga kita belakangan ini. Generasi "sandwich" ini diperuntukkan bagi mereka yang memiliki peran ganda, yaitu sebagai anak dan juga sebagai orang tua baru yang dijalankan pada waktu dan tempat yang sama. Sederhananya, seorang anak yang baru saja menyandang gelar orang tua baru karena baru saja melahirkan atau memiliki anak namun di satu sisi dia juga dihadapkan untuk merawat dan menghidupi orang tua yang berusia senja. Mungkin nampak sederhana, namun pada kenyataannya banyak generasi "sandwich" yang mengalami gejolak mental. Seperti yang dikutip dalam Jurnal Ilmiah Psikologi, menjelaskan bahwa generasi "sandwich" memiliki resiko gangguan fisik dan psikis terutama pada perempuan. Bagaimana tidak ? Pasalnya perempuan menjadi salah satu penyedia perawatan utama baik pada anak-anaknya maupun pada orang yang lebih tua seperti Ayah atau Ibu Kandung, Ayah atau Ibu Mertua, dan saudara lain. Sehingga generasi "sandwich" pada perempuan seharusnya mendapatkan pendampingan secara penuh dari orang terdekat seperti suami. Hal ini berdampak adanya upaya untuk penguatan psikis yang nantinya tentu memiliki dampak dalam jangka panjang terhadap kesehatan fisik secara tidak langsung. Untuk itu, bagi kamu yang ada pada kondisi yang mengharuskan kamu sebagai salah satu generasi "sandwich" jangan berkecil hati, ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan agar fisik dan mentalmu lebih sehat. Yuk intip beberapa tips berikut:

  • Mengeluhlah, tapi jangan menyerah

Mengeluh itu bukankah manusiawi ? Tidak ada seorangpun yang tidak pernah mengeluh di dunia ini. Jadi mengeluh sewajarnya dan pastikan kamu mengeluh pada orang yang benar-benar kamu percayai, dan tentunya akan lebih baik jika kamu hanya mengeluh pada Sang Maha Pencipta. Pastikan ketika kamu selesai mengeluh, kamu harus tetap bertahan dan tidak untuk menyerah.

  • Selalu ingat kamu adalah dunia anakmu

Seringkali ketika kita lelah menghadapi banyak realita kehidupan yang terkadang tidak sejalan dengan ekspektasi kita, anaklah yang menjadi penguat dan penghilang lelah. Mungkin beberapa tingkahnya membuat kita kesal, emosi dan lelah tapi pahami mereka bukanlah orang dewasa dengan bentuk mini tapi memang karena mereka masih kecil yang belum memahami hukum sebab akibat. Sudah sewajarnya jika mereka menimbulkan kondisi yang membuat kita tidak nyaman. Tapi, percayalah kamu adalah poros hidupnya, tanpa kamu mereka tidak lagi memiliki dunia.

  • Luangkan waktu untuk diri sendiri

Mengurus rumah tangga, suami, anak dan orang tua mungkin menjadi aktivitas yang sangat melelahkan apalagi jika kamu juga berstatus menjadi perempuan berkarir. Namun, perlu kamu ingat apa yang kamu lakukan semuanya memiliki batas. Pahami kelelahanmu, sejenak menepikan diri dari kesibukan adalah pilihan yang tepat. Mungkin kamu perlu merawat diri, membeli barang keinginanmu, membeli makanan kesukaanmu, dan melakukan apapun yang kamu suka. Ingat, lakukan itu semua dalam bentuk self reward karena kamu pantas mendapatkannya setelah kerja kerasmu selama ini.

  • Bersyukur

Kelelahan yang tidak berkesudahan mungkin membuatmu sedikit tertekan dan ingin melarikan diri dari kenyataan. Tapi, coba pikir kembali ada berapa banyak orang yang ingin ada di posisimu. Mereka bermimpi menjadi orang tua, namun belum diwujudkan. Mereka yang memiliki harta kekayaan berlimpah namun tidak memiliki kesempatan untuk merawat orang tuanya. Banyak orang pula yang memimpikan untuk bisa memiliki anak, merawat orang tua namun harus menahan keinginannya karena mereka belum memiliki pasangan dan ekonomi yang cukup. Semua itu diberikan oleh Tuhan karena kita dianggap sebagai orang yang tepat untuk menerima amanah ini. Jadi apakah bersyukur masih terasa sulit untuk dilakukan ?

  • Bentuk mindset, bahwa di dunia ini tidak ada orang yang baik-baik saja

Percayalah, sesukses apapun seorang artis, sekaya apapun pebisnis, dan bahkan secantik apapun sosialita tetaplah mereka memiliki kehidupan yang tidak sempurna. Mungkin ada yang kaya, tapi tidak bisa memiliki anak. Ada yang cantik dan memiliki anak tapi mereka miskin. Ada yang kaya dan memiliki anak tapi mereka dibully karena memiliki wajah yang buruk. Jika diruntut jauh, maka akan kamu sadari bahwa hidup ini tidak ada yang sempurna. Tidak ada manusia yang menjalani kehidupan denagan baik-baik saja, semua orang memiliki masalah, dan semua orang sedang berjuang untuk menjadi yang lebih baik. Untuk apa menanamkan iri dan kebiasaan yang selalu membanding-bandingkan kehidupanmu dengan orang lain ? It's just useless thing, right?

Nah, kamu yang generasi "sandwich" beberapa tips di atas adakah yang sudah kamu lakukan dan terapkan dalam kehidupanmu ? Trust me, its useful !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline