Indro Warkop, termasuk seseorang yang berhasil mempertahankan pernikahannya hingga 37 tahun, hingga akhir hayat sang istri tercinta. Bagaimana kita dapat meneladani kesetiaan cinta seperti yang dilakukan oleh Indro Warkop ini? Berikut ini 3 tips dari Pembelajar Hidup. (Foto: Instagram Hada Kusumonegoro)
Baca juga: 2 Pesan Penting bagi Pasutri ini Disampaikan Saat Peluncuran Buku "The Great Marriage"
Setelah 1 tahun berjuang melawan kaker paru yang dideritanya, Nita Octobijanthy, istri dari Indro Warkop akhirnya dipanggil pulang oleh Yang Maha Kuasa Hari Selasa (9/10) kemarin. Ucapan turut berduka cita yang mendalam dihaturkan oleh segenap bangsa bagi sosok pelawak senior ini. Di tengah duka, netizen ramai-ramai memuji sang aktor pemeran Alien bernama Al di film "Gile Lu Ndro!" ini atas kesetiaan beliau merawat dan mencintai istrinya hingga akhir hayat beliau.
Hada, manajer sekaligus anak kandung Indro mengatakan bahwa hanya ayahnyalah yang boleh menyediakan obat untuk pengobatan ibundanya. "Ini hanya satu dari seribu hal yang istri gue lakukan, tapi baru bisa gue lakuin buat dia. 37 tahun dia lakuin buat gue, dan gue cuma baru punya waktu setahun. Jadi tolong jangan ambil satu hari pun" demikian Hada mengatakan kembali kata-kata yang diucapkan ayahnya mengenai kesediaan beliau untuk merawat istrinya (sebagaimana dikutip dari kapanlagi.com).
Kesetiaan cinta seperti yang dimiliki oleh Indro Warkop terhadap Nita adalah sesuatu yang penting yang perlu dimiliki oleh pasangan-pasangan di Indonesia. Karena itu inilah 3 tips untuk rumah tangga langgeng, awet rajet seperti mereka.
1. Mindset Pernikahan
Segala sesuatu dimulai dari mindset kita. Bagaimana kita berpikir tentang suatu hal akan mengendalikan tindakan kita mengenai hal tersebut. Dalam buku "The Great Marriage" telah dituliskan bahwa ada tujuan pernikahan merupakan salah satu dari mindset pernikahan yang perlu dimiliki oleh pasangan suami istri. Dan tujuan pernikahan yang sesungguhnya bukanlah untuk kebahagiaan, melainkan untuk Child, Class, dan Calling.
Kebahagiaan bukanlah tujuan dalam pernikahan, melainkan dampak dari pernikahan yang kita jalani dengan baik. Dalam konteks artikel ini, tujuan pernikahan yang relevan adalah class (belajar dari sekolah bernama "pernikahan").
Seorang kenalan senior saya pernah mengatakan,
"Saat kita memiliki anak, itu berarti Tuhan telah memutuskan untuk memasukan kita ke sekolah kesabaran"
Saya pikir tidak ada bedanya dengan pernikahan. Setiap orang yang masuk ke gerbang pernikahan perlu menyadari bahwa dirinya bukan sedang membeli tiket Disneyland atau Dufan, tetapi sedang mendaftarkan diri ke kelas workshop yang bernama "pernikahan".