Lihat ke Halaman Asli

Serunya Menunggangi Jeram Sungai Ayung

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Serunya Menunggangi Jeram Sungai Ayung

Pagi itu rencananya kami bertujuh akan melakukan perjalanan ke Pulau Tulamben-Bali untuk diving, namun sayang sekali cuaca yang tidak memungkinkan dan ombak yang demikian tinggi membuat kami mengurungkan niat ke pulau tersebut. Agar kami tidak terlalu kecewa Kang Wawan, instruktur diving kami, mengajak melakukan petualangan alam lainnya yang tidak kalah menarik yaitu rafting alias arung jeram. Kebetulan Kang Wawan mempunyai teman lama, Made Brown, yang berprofesi sebagai manajer salah satu rafting provider terkenal di Bali. Sesuai kesepakatan, kami akan melakukan rafting pada pukul 09.45. Maka segeralah kami berkemas dan bergegas menuju Ubud tempat sungai Ayung berada untuk memulai petualangan kami.

Butuh waktu kurang lebih  2 jam dari tempat penginapan kami di Jimbaran untuk mencapai Ubud dengan panduan GPS "si Ayang"  yang diletakkan Kang Wawan di atas dashboard mobil. Sesampainya di Ubud kami langsung menuju ke BaliSobek, disini kami bertemu dengan salah satu staf yang memberitahukan bahwa Made Brown tidak bisa menemani dan dia telah ditunjuk untuk  mengantar kami menuju titik start yang letaknya sekitar 10 menit dari situ.

Ternyata teman-teman lama Kang Wawan berkumpul di area itu, maka sambil menunggu panggilan untuk naik ke rafting boat, kami pun mengobrol layaknya teman akrab  yang sudah bertahun-tahun tak jumpa. Hari itu relatif cukup ramai dan mayoritas yang akan melakukan rafting adalah para wisatawan dari mancanegara. Kemudian kami dibagi menjadi 2 kelompok. Aku, Nisa dan Randy digabung dengan turis dari Rusia,Peter dan Julia. Sedang kelompok satunya terdiri atas  Kang Wawan, Marwoto, Pam dan Zenu.

Setelah menunggu beberapa lama, kami pun akhirnya dipanggil untuk bersiap-siap. Pemandu yang akan menemani dan membimbing kami menyusuri sungai Ayung yang mempunyai trek rafting sepanjang 11 kilometer selama 2 jam lamanya itu biasa dipanggil Ben Hiro, padahal nama aslinya Putu. Dia sangat kocak, ramah dan menyenangkan. Ben Hiro memberikan kami peralatan rafting yang terdiri dari helm, dayung dan pelampung yang semuanya berwarna biru lalu mengajarkan cara memakainya. Peter harus menyimpan kameranya dalam drybag yang telah disediakan. Setelah semuanya siap kami bergegas menuju titik awal rafting.

Jaraknya lumayan jauh dan mesti ditempuh dengan berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga. Sembari mengobrol dengan teman baru dari manca negara, iseng-iseng kami hitung anak tangga tersebut ternyata ada lebih dari 400 jenjang.  Namun begitu perjalanan menuju titik awal rafting itu sungguh menyenangkan. Mata kami dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah berupa hamparan sawah yang menghijau dan hutan yang terbuka. Akhirnya kami tiba di tempat tujuan.

Perahu-perahu biru berderet dengan rapi sejauh mata memandang. Ben Hiro memberikan selembar kertas yang berisi peraturan-peraturan yang harus kami taati. Setelah beberapa saat, kami dikumpulkan dan bergabung dengan kelompok lainnya untuk diberi pengarahan bagaimana cara memegang dayung, membelokkan perahu sampai dengan antisipasi apabila terjadi kecelakaan, semuanya dijelaskan dengan  enak dan jelas. Tak lama kemudian, akhirnya kami naik ke perahu untuk memulai pengarungan dan duduk sesuai yang disarankan Ben Hiro agar perahu seimbang, sementara dia sendiri mengambil posisi duduk di belakang sebagai pengemudi.

Sebelum itu, Ben Hiro menjelaskan kepada kami tentang aba-aba yang menggunakan bahasa Inggris karena kami satu perahu dengan turis asing yaitu forward untuk mendayung ke depan, backward untuk mendayung ke belakang dan boom-boom bila kami harus merapat ke tengah perahu untuk menghindari benturan dengan bebatuan sungai. Setelah semuanya mengerti akhirnya dimulailah pengarungan Sungai Ayung.

Sekitar 500 meter di awal perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang sangat indah berupa kumpulan pepohonan yang tinggi dan rindang, sementara di kiri sungai terdapat batu-batu yang dipahat oleh seniman Bali serta rangkaian air terjun kecil di berbagai titik. Dalam pengarungan kami saling bertukar bahasa, bercanda dan bercerita bahkan Ben Hiro sesekali menggunakan aba-aba dengan bahasa Rusia yang dia pelajari di tengah perjalanan.

Beberapa kali Ben Hiro membawa kami melewati jeram-jeram besar, ada sekitar 20 jeram dengan nama-nama uniq, ada monto, rock garden, swallow, highside, sliding, diana, kaki kuda dan yang terbesar bernama kupu-kupu barong. Sungguh sangat memacu adrenalin dan kami tertawa bersama setiap kali berhasil melewatinya. Demi menyelamatkan Nisa yang hampir kejebur di sungai, Ben Hiro sempat tercebur  ke sungai dan terbawa arus, namun dengan sigap Randy, sang juara rafting dunia segera mengambil alih posisi Ben Hiro. Kami akhirnya berhasil menyusul Ben Hiro yang telah jauh terbawa arus, dia pun segera naik kembali ke perahu. Suasana semakin seru saat kami berpapasan dengan perahu lain dan memulai "perang air" dengan mereka.

Di tengah perjalanan terdapat air terjun yang lebih besar daripada air terjun sebelumnya, dan Ben Hiro membawa kami ke bawah air terjun untuk merasakan "pijatan" air terjun yang konon bermanfaat untuk kesehatan, namun sayang kami tidak dapat mengabadikan momen ini karena antrian perahu lain sudah menunggu untuk merasakan hal sama sehingga pengarungan harus segera dilanjutkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline