Perkembangan media dan komunikasi di dunia telah mempengaruhi beberapa ranah, salah satunya adalah dalam bidang jurnalistik. Ranah jurnalistik yang dulunya mengguankan media cetak untuk menginformasikan sebuah berita, sekarang berita dapat dilihat dengan mudah dengan menggunakan jaringan internet. Internet yang bisa dibilang sangat mudah untuk didapatkan memudahkan publik mengakses apapun dengan mudahnya. Kemudahan seperti ini sendiri pastinya merupakan salah satu hal dari yang namanya pergeseran. Pola kebiasaan publik sedikit banyak berubah terutama dalam hal konsumsi pada sesuatu. Publik kemudian bisa dibilang dimanjakan dengan kemudahan yang bisa didapatkannya saat ini.
Perkembangan seperti ini juga pastinya memunculkan peluang-peluang bisnis yang cukup terjamin. Rasa kebutuahan dari publik yang selalu haus akan sebuah informasi dengan sangat cepat ditangkap oleh pihak pemilik modal atau swasta. Munculah situs-situs baru yang dapat diakses dengan mudah dan terus menyajikan sesuatu yang baru pada publiknya. Publik pada jaman sekarang menjadi sangat suka untuk mengkonsumsi sesuatu yang ada di situs-situs atau web di Google, terutama publik dengan segmentasi umur yang bisa dibilang masih muda.
Pembaca koran kemudian hanya orang-orang tertentu saja. Selera menjadi sebuah alasan untuk mengkonsumsi kedua jenis media jurnalistik tersebut. Tetapi, tanpa kita sadari beberapa berita di Internet terkadang kurang kredibel. Permasalahan baru kemudian muncul disini. Kasus seperti berita hoax menjadi salah satunya. Informasi yang terkadang simpang siur tanpa kejelasan dari situs-situs berita mulai menjadi kebiasaaan beberapa pemiliknya. Adanya agenda tersendiri menjadi alasan terkuat. Baru-baru ini ita cukup dibuat gempar dikarenakan kasus Saracen. Kasus ini cukup membuat publik gelisah dalam melihat sebuah informasi. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah "bagaimana masa depan media julnaistik nantinya?".
Future Jurnalistik
Sebelum mempertanyakan mengenai masa depan dunia jurnalistik, kita akan melihat pendapat dari seorang ahli yang membahas hal tersebut. Paul Bradshaw dalam tulisannya mengenai tulisannya "The Future of Journalism" memaparkan tentang 3 unsur atau element yang ada di dalamnya, seperti The realtime web, Big data, Intelligent device.Pada unsur pertama realtimemerupakan unsur yang berhubungan dengan kecepatan. Disini kecepatan bisa saja diartikan seperti penyampaian informasi secara langsung pada orang lain atau publik. Kedua Big data,tahap ini berbica mengenai sebuah data secara lebih luas, seperti semantik, grafik sosial, prilaku dan Argumented Reality.
Terakhir Intellgent device,disini sendiri membahas pentang peragkat pintar yang digunakan, apabila dilihat dari tulisanny seperti telematic, frequensi radio, dan sesutau yang mobile. Intellgent devicesalah satunya juga seperti handphone atau laptop yang kita miliki yang mana dengan media ini kita dapat mengakses informasi hanya dengan membutuhkan bantuan jaringan internet.
Dalam hal ini publik bisa mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat. Inilah yang kemudian dilakukan oleh beberpa pihak yang kemudian terus membuat aplikasi atau situs yang bersangkutan dengan berita. Dengan adanya jaringan internet kemudian kita dapat terhubung dengn satu sama lainnya dari tempat dan waktu yang berbeda. Dengan bntuan satelit yang memancarkan jaringan kita dapat mengksesnya dari mana saja. Hal ini juga memunginkan publik untuk membagikan informasi dengan orang lain.
Kepentingan personal dalam Kegiatan Jurnalistik
Tidak dapat dipungkiri yang menjadi salah satu permasalahan dalam dunia jurnalistik terkadang terletak pada pihak media yang memproduksinya sendiri. Pemberitaan yang kemudian simpang siur terdaang kita jumpai dimedia berita, salah satunya berita online. Berita yang sama kemudian kemas secara berbeda. Dari pengalaman pribadi penulis yang pernah melihat tentang permasalahan ini bisa dilihat adanya kepentingan dari lembaga tertentu yang kemudian mempengaruhi isi berita. Informasi kemudian menjadi bias dan saya sebagi pembaca kemudian kebingungan melihat berita tersebut. Itu hanya menurut pengalam pribadi.
Kegiatan Jurnalistik di Indonesia juga terkadang sangat susah untuk dijadikan sebagi pegangan informasi. Pada kondisi tertentu, seperti pemilu Gubernur Jakarta kemarin. Setelah dilakukan penyidikan terdapat sebuh kelompok yang dinamakan Saracen yang mana kegiatan mereka adalah membuat informasi bohong atau hoax. Akses yang terlalu mudah kemudian disalah gunakan oleh beberapa pihak. Masyarakat atau pihak tertentu kemudian sangat mudah untuk menyebarkan sebuah informasi bohong ke publik. Pengetahuan yang masih kurang mengenai berita dan kegitaan jurnlistik lainnya menjadi salah satu aspek permasalahan.
Perkembangan yang begitu pesat kemudian tidak diimbangi oleh pengetahuan cara penggunannya dengan bijak. Apabila disuruh menjawab pertanyaan mengenai masa depan dunia jurnalistik, saya juga tidak memiliki jawaban pastinya, tetapi kesadaran kita sebagai publik mengenai hal ini harus terus ditingkatkan dan sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi kita juga dapat menjelsakan hal ini pada orang lainnya, mulai dari yang orang-orang terdekat. Terus belajar untuk menjadi bijak dalam menulis berita juga harus kita pelajari.