Berbicara mengenai film adaptasi, tentu sudah tidak asing lagi di pendengaran kita. Saat ini sudah terdapat banyak karya sastra yang telah diadaptasi menjadi sebuah film.
Biasanya, karya sastra yang diadaptasi tersebut merupakan karya sastra yang populer di masyarakat, ceritanya sudah diketahui publik dan memiliki banyak penggemar atau pembaca yang fanatik (Ardianto, 2014, h.19).
Alasannya karena mereka memiliki harapan bahwa popularitas yang dimiliki oleh medium tersebut (karya sastra) dapat mempengaruhi atau berdampak pula pada karya di medium yang berbeda (film) (Braudy & Cohen, 2009, h.385).
Seperti yang kita ketahui, selama ini film adapatasi selalu berhasil menarik perhatian penonton. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari para pembaca ingin untuk membuktikan atau memverifikasi imajinasi mereka dengan visualisasi yang ada pada film (Braudy & Cohen, 2009, h. 385).
Salah satunya yaitu Film Bumi Manusia (2019) yang telah ditonton oleh lebih dari 1,3 juta penonton dan berhasil mendapatkan 12 nominasi di Festival Film Indonesia pada tahun 2019 (Nurhayati, 2020).
Bumi Manusia
Film Bumi Manusia (2019) adalah hasil adaptasi dari bagian pertama novel tetralogi Buru karangan Pramoedya Ananta Toer. Film ini dapat dikatakan sebagai bentuk adaptasi sebagai produk, karena merupakan perubahan dari satu medium yaitu novel ke medium yang lainnya yaitu film (Ardianto, 2014, h.21).
Pada versi novelnya, Bumi Manusia menceritakan mengenai perjuangan tokoh Minke atau Tirto Adhi Soerjo. Ia merupakan anak dari seorang bupati, sehingga diizinkan untuk dapat mengikuti kegiatan sekolah. Dari sanalah Minke kemudian menggunakan ilmunya untuk melawan diskriminasi Belanda terhadap kedudukan pribumi pada abad ke-20 saat masa kolonial Belanda (Bbc.com, 2019).
Hilangnya Esensi Perjuangan Kolonialisme
Novel Bumi manusia merupakan novel bergenre fiksi sejarah. Oleh sebab itu, sama seperti novelnya seharusnya film Bumi Manusia (2019) lebih menonjolkan mengenai kisah perjuangan Minke melawan ketidakadilan yang terjadi pada pribumi dan hanya sedikit menampilkan unsur romantis antara Annelis Malema dan Minke untuk mempermanis cerita.