Lihat ke Halaman Asli

Resensi Film "Tanda Tanya", Kisah tentang Keberagaman

Diperbarui: 15 Maret 2022   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tidak asing lagi kita dengan nama Hanung Bramantyo. Ia adalah seorang sutradara, produser, penulis skenario dan aktor Indonesia yang pada masa mudanya berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 

Hanung Bramantyo telah menerima banyak penghargaan sepanjang karirnya, seperti pada Festival Film Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui filmnya yang berjudul "Brownies" dan pada festival yang sama 2 tahun kemudian ia kembali memenangkan penghargaan yang sama dengan filmnya "Get Married". 

Film "Tanda Tanya" sebagai Hanung Bramantyo yang ke-14 merupakan salah satu film yang sempat terlibat dalam kontroversi dengan Front Pembela Islam (FPI). Setelah berdiskusi dengan Majelis Ulama Indonesia, Hanung memutuskan untuk memotong beberapa bagian filmnya. 

Diluar itu, film ini tetap dapat ditayangkan di berbagai bioskop untuk disaksikan penonton-penonton yang tertarik. Bahkan dari film "Tanda Tanya" ini, Hanung dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2011.

Film karya Hanung Bramantyo yang dirilis pada tanggal 7 April 2011 ini menceritakan tentang perbedaan agama yang ada di Indonesia dan sikap masyarakat tentang keberagaman tersebut. 

Di awal film ini, kami dikenalkan dengan berbagai karakter secara sekaligus dan kepercayaan mereka masing-masing. Langsung di awal film kita diperlihatkan tindakan negatif oleh masyarakat kepada mereka yang berbeda agama. Film "Tanda Tanya" ini mengisahkan kontroversi, konflik, dan juga pertemanan yang dialami antara tiga keluarga di Semarang.

Kita diperkenalkan dengan tiga keluarga yang masing-masing beragama Buddha, Islam, dan Katolik yang tinggal di sebuah desa dekat Kota Baru di Semarang. 

Keluarga kecil yang menganut agama Buddha yang terdiri dari Tan Kat Sun, istrinya, dan anaknya, Hendra, memiliki restoran chinese yang lumayan ramai dikunjungi orang. 

Menuk, salah satu dari pelayan yang bekerja di restoran itu, beragama Islam dan mempunyai keluarganya sendiri yang terdiri dari suaminya yang bernama Soleh dan anaknya. Di sisi lain desa itu, tinggallah Rika, seorang perempuan yang baru pindah agama menjadi Katolik dan baru cerai dengan suaminya, bersama anaknya Abi yang seorang Muslim. Rika juga berteman dengan seorang aktor yang kurang sukses dalam menjalani karirnya bernama Surya.

Walau ketiga keluarga ini terlihat saling akrab dan damai, mereka ternyata memiliki masalah dan dendam terhadap satu dengan yang lain. Seperti Hendra yang tidak suka dengan cara ayahnya menjalankan restorannya karena ia berpikir bahwa cara tersebut kurang menghasilkan untung. 

Ia juga tidak suka Soleh dan agama yang dipercayainya karena ia sebenarnya menyukai Menuk yang memilih untuk menikahi Soleh daripadanya hanya karena ingin mentaati agamanya. Rika dan Abi juga mengalami pertentangan karena Abi tidak suka melihat ibunya yang berubah setelah pindah agama menjadi Katolik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline