Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Sepertiga

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secarik kertas. Ya, secarik kertas yang hanya berisi foto-foto dari calon Presiden dan Wakil Presiden yang berwibawa. Tapi, sadarkah kalian Hei para Pemuda Indonesia, untuk apa kertas-kertas ini?. Pentingkah untuk kita para agent of change kertas yang biasa kita sebut sebagai Surat Suara. Namanya Surat Suara, apakah dia bisa berbicara?. Pertanyaan bodoh!. Mereka hanya secarik kertas kaku, rapuh namun dibalik semua itu kertas ini menopang beban berat, beban aspirasi kita sebagai masyarakat demokrasi, dan beban tanggung jawab atas pilihan kita dari sebuah lubang perubahan. Dan juga kertas ini akan mencetak suatu pembaharuan, perubahan dan perbaikan bangsa

Sangat disayangkan yang pada kenyataanya masyarakat Indonesia masih dalam keadaan tertidur lelap dengan mimpi-mimpi bualan mereka. Di mana mereka selalu mendambakan perubahan dan perbaikan. Namun mereka hanya diam terpaku menunggu nasib yang akan membawa mereka entah kedunia nyata atau hanya dunia angan-angan kosong. Lebih memalukanya lagi, Hei, para Pemuda Indonesia! Apa yang sedang kalian lakukan?, menunggu nasib?, atau takdir kalian?. Mendambakan suatu perubahan besar, tapi tak melakukan apa-apa?. Tidak malukah kalian sebagai identitas bangsa, generasi yang sangat diidam-idamkan, namun 30% diantara kalian melakukan GOLPUT (Golongan Putih). Entah akan menjadi apa Indonesia kelak, jika sikap para Pemuda Indonesia layaknya pengecut amatir yang selalu bangga menyebut dirinya sebagai the leader of future tapi they just do nothing.

Pemuda Indonesia yang penuh dengan semangat, kaya akan teori-teori tapi miskin akan praktik. Kita selalu menuntut pemerintah untuk melakukan A,B,C,D,......Z, namun sepertiga diantara kita tidak turut serta dalam perubahan itu. Hanya membicarakan tentang cara-cara kongkrit tanpa bergerak bersama untuk melakukanya.

Malukah kalian para Pemuda sepertiga dengan hanya memberikan satu suara kalian untuk perubahan?. Selalu meminta perubahan, namun tak ingin ambil alih dalam prosesnya. Itukah yang sebenarnya dapat kita sebut sebagai Pemuda Indonesia atau lebih baik disebut sebagai Sampah Perubahan. Tak sadarkah kalian pentingnya suara kalian dalam pemilu. Ingatlah, perubahan di tentukan dari suara-suara kita, pilihan kita dan dukungan kita.

Dibalik secarik kertas yang bernama ”Surat Suara” terdapat masa depan yang akan membimbing kita kepada zaman perubahan. Zaman impian kita semua, zaman di mana kita dapat melihat masyarakat Indonesia tersenyum lebar, tertawa bahagia, dan menangis bersyukur akan perubahan yang terjadi.

Berikanlah suara kalian, hei Pemuda sepertiga dalam PEMILU 2014. Tak malukah kalian terhadap philosophe Prancis yang bernama Réné Descartes yang berkata “je pense donc je suis” yang berarti “saya berfikir maka saya ada”. Kata tersebut sangat bertolak-belakang dengan kalian yang melakukan GOLPUT. Kalian tak mau memberikan suara kalian, yang berarti kalian tidak mau menunjukan tentang keberadaan kalian di masyarakat. Kalian tak pernah mau ada, karena kalian tak pernah menggunakan otak kalian untuk berfikir. Sehingga pantas dikatakan sebagai Sampah Perubahan.

Selain itu, kejadian ini sangat merubah arti kata Pemuda dalam salah satu kutipan Bung Karno yang terkenal ”Berikan aku 10 pemuda, maka akan guncang dunia”. Dulu beliau dapat mengguncang dunia hanya dengan 10 pemuda, namun sekarang 1000 pemuda pun tidak akan cukup untuk mengguncang dunia, jika para Pemudanya seperti Pemuda Sepertiga.

Jika kalian tak mampu menunjukan kepada dunia akan kebergunaan mu dalam proses perubahan. Tunjukanlah pada dirimu sendiri jika kalian bukan Sampah Perubahan, namun kita adalah agent perubahan yang akan selalu ada di dalam setiap prosesnya, termaksud menjadi seorang pemilih dalam pemilu 2014. Buktikan jika Pemuda Indonesia tidak hanya bisa berbicara dan memiliki segudang teori-teori cemerlang namun kita juga bisa menjadi motor penggerak dalam setiap peubahan yang terjadi. Maka dari itu, berikanlah suaramu, hei Pemuda Indonesia dalam PEMILU 2014.

Secarik Kertas, Satu suara, Pencetak perubahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline