Gambar/Sham Bani
Ibaratnya Saya adalah seorang kepala keluarga yang memiliki istri dan 10 orang anak. Kami punya sebuah rumah yang hanya memiliki 2 kamar tidur. Sekalipun pendapatan pas-pasan, kami tetap semangat menjalani hidup. Terkadang untuk menutupi kebutuhan keluarga, saya minjam duit ke tetangga dan saya selalu rutin menyicil pinjaman saya. Karena kondisi rumah yang sangat sempit, saya berinisiatif dan bertekad bulat untuk memperbesar ukuran rumah saya, supaya bisa menambah jumlah kamar. Apalagi saya masih memiliki lahan warisan yang cukup luas disamping rumah saya. Tujuannya supaya bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak saya, terutama dari sisi kesehatan fisik dan mental. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, saya mencoba mencari pinjaman dari tetangga maupun teman, tapi tidak ada seorangpun yang bersedia membantu. Sialnya lagi, sudah tidak bersedia membantu, mereka malah nyinyir kepada saya. Tapi karena tekad saya sudah bulat untuk menjalankan rencana tersebut, saya tetap nekat. Dalam hal ini saya berusaha bekerja lebih keras lagi untuk menambah penghasilan serta mengatur kembali kebutuhan belanja keluarga kami. Saya juga meminta dukungan dari istri dan anak-anak saya. Ternyata mereka semua mendukung rencana tersebut. Berkat dukungan penuh dari keluarga itulah, maka rencana tersebut bisa terwujud, yang pada akhirnya semua orang yang pernah nyinyir kepada keluarga kami, hanya bisa tertunduk malu.
Seperti itulah ilustrasi pembangunan IKN di Kalimantan. Buat kalian orang-orang yang ada di luar sana, kalau tidak mau membanu, berhentilah mencampuri urusan rumah tangga kami. Buat kalian orang-orang sesama anak bangsa Indonesia, berhentilah untuk nyinyir. Presiden selaku kepala keluarga besar, tidak akan bisa mewujudkan rencana tersebut tanpa bantuan kita sebagai anak-anak Bangsa Indonesia. Berhentilah mengeluh dan hentikan semua pertengkaran tentang siapa yang akan menempati kamar baru atau lama. Kalau masih ada anak yang tidak percaya dan tidak mau membantu bapaknya, setidaknya tolong tutup mulut dan biarkan bapak dan anak-anak yang lain bekerja dengan baik. Kalaupun prosesnya akan berjalan lambat, berhentilah mengeluh, karena anda sendiri tidak memiliki andil apapun. Sudah banyak hal yang bapak wujudkan kepada kita anak-anaknya, jadi yakinlah bahwa apa yang bapak lakukan saat ini, bukan untuk kepentingan bapak seorang diri, tapi untuk kepentingan kita semua sebagai anak-anak, yang akan menjadi penerusnya.
Semangat untuk Kepala Keluarga Besar Bangsa Indonesia, Bapak Presiden Joko Widodo. Masih banyak anak-anak bangsa ini yang mendukung perluasan rumah kita sendiri.
Editor: Sham Bani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H