Lihat ke Halaman Asli

shalvarahmania

Mahasiswa Universitas Airlangga

Strategi Mahasiswa Baru Untuk Beradaptasi di Perantauan

Diperbarui: 11 Desember 2024   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini banyak mahasiswa yang datang dari berbagai macam kota, mereka adalah mahasiswa yang meninggalkan daerah asalnya yang bertujuan untuk menuntut ilmu di kota atau daerah lain yang jauh dari kampung halamannya. Mahasiswa-mahasiswa tersebut merupakan perantauan dari berbagai macam daerah yang tentunya memiliki sosial budaya dan kebiasaan yang berbeda dari daerah tempat mereka menempuh pendidikan tinggi tersebut.

Pastinya, mereka butuh waktu beradaptasi di lingkungan baru untuk menyesuaikan diri pada lingkungan sekitar. Proses beradaptasi ini tidaklah semudah yang dibayangkan, tentunya ada kendala atau hambatan yang harus dilewati terlebih dahulu. Namun, kemampuan dalam mengatur dan menyeimbangakan antara kehidupan sosial dan akademik dapat membantu proses penyesuaian diri pada mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi. Hal tersebut penting untuk mahasiswa supaya dapat dengan mudah beradaptasi di lingkungan baru.

Semua mahasiswa perantauan pasti memiliki harapan yang besar selain mencapai cita-citanya. Mereka pasti berharap memiliki teman dan sahabat yang benar-benar tulus pada mereka. Namun kenyataanya tidak semua pertemanan di dunia perkuliahan berjalan dengan mulus. Ada beberapa lingkungan pertemanan yang hanya ingin memanfaatkan satu sama lain, hal tersebut dapat disebut lingkungan pertemanan yang tidak sehat.

Selain pertemanan, mahasiswa baru juga sering merasakan kesepian karena ketidakhadiran orang tua mereka di setiap harinya. Mereka menyebut permasalahan tersebut dengan homesick. Homesick adalah keadaan yang dialami seseorang yang jauh dari lingkungan rumah, meninggalkan kebiasan dan lingkungan lama, dengan perasaan asing terhadap diri sendiri ketika berada di lingkungan baru. Efek homesickness antara lain kesepian, kesedihan, dan kesulitan mengatur diri mahasiswa di lingkungan baru. Maka dari itu, orangtua berperan penting dalam proses adaptasi anaknya, orangtua perlu memotivasi dan memberi dukungan pada anaknya agar mampu untuk beradaptasi di lingkungan baru.

Bagaimana strategi mahasiswa untuk beeradaptasi di perantauan?

            Dari contoh permasalahan di atas, mahasiswa membutuhkan strategi untuk beradaptasi supaya tidak merasakan homesick. Saat mahasiswa mulai merasakan lelah, pastinya mereka butuh tempat bercerita untuk mengurangi rasa leah yang ada di dalam dirinya. Tempat bercerita paling nyaman adalah keluarga, mahasiswa yang daerah aslinya jauh dari perantauan dapat komunikasi dengan orangtua melalui telepon genggam. Hal tersebut juga salah satu cara untuk melepas rindu bagi mereka yang daerah aslinya jauh dari perantauan. Untuk mahasiswa yang daerah aslinya tidak terlalu jauh, mereka bisa pulang kampung saat hari libur. Sehingga mahasiswa dalam beradaptasinya mendapatkan dorongan dan kepercayaan diri yang mereka dapatkan dari keluarganya karena memiliki hubungan yang erat dan saling beketergantungan.

            Selain masalah homesick, bahasa juga merupakan suatu permasalahn bagi mahasiswa Rantau. Walaupun masih dalam satu lingkup pulau, bahasa di setiap daerahnya pasti berbeda. Mahasiswa juga perlu beradaptasi dengan bahasa di daerah mereka merantau, karena pasti ada perbedaan Bahasa dengan daerah asal mereka. Salah satu cara agar mahasiswa mampu memahami bahasa yang berbeda tersebut, yaitu dengan meniru logat bahasa daerah tersebut.

            Strategi terakhir untuk beradaptasi adalah dengan cara menerima semua perbedaan budaya yang ada, menciptakan rasa toleransi terhadap sesame. Sikap toleransi dan menghargai budaya dapat mahasiswa lakukan supaya tidak terciptanya perelisihan dan konflik antar masyarakat. Dengan menjalankan strategi di atas mahasiswa dapat beradaptasi dilingkungan baru dengan cepat dan dapat menciptakan nuansa harmonis, tentram, aman, dan damai di perantauan.

Shalva Rahmania Safitri, Mahasiswa Universitas Airlangga, Akuakultur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline