Dalam rangka modernisasi Alutsista TNI khususnya TNI Angkatan Darat, pada tahun 2012 pemerintah dan DPR telah sepakat untuk membeli Main Battle Tank (MBT) Leopard produksi Jerman.
Diketahui pula bahwa proses pembelian MBT Leopardtelah melalui proses yang panjang dengan pendekatan proses bottom up dan top down. Proses bottom up,dalam hal ini dimulai dari kajian beberapa aspek oleh pengguna yaitu satuan-satuan Kavaleri TNI Angkatan Darat yang meliputi aspek teknis, taktis, operasional dan strategis.
Selain empat aspek diatas, aspek geografi Indonesia juga menjadi pertimbangan untukmenentukan pemilihan MBT Leopard yang beratnya 63 ton. Tank Leopard dapat bergerak dan bermanuver dengan leluasa di wilayah Indonesia dan untuk melewati jalan serta jembatan tidak menimbulkan kerusakan. Penempatan MBT di Indonesia tidak ada masalah, sebagai contoh negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, Laos, dan lain-lain yang memiliki geografi relatif sama dengan Indonesia telah memiliki MBT.
Selain itu, aspek TOT juga menjadi pertimbangan dalam pembelian MBT Leopard oleh Pemerintah. Rheimetal yang merupakan pabrik MBT Leopard di Jerman memberikan dukungan sepenuhnya berupa trasfer teknologi baik berupa pemeliharaan, operasional dan pengadaan amunisinya bersama PT Pindad, Bandung. Trasfer teknologi merupakan salah satu persyaratan pembelian Alutsista dari luar negeri untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Terkait akuntabilitas, pengadaan MBT Leopard telah sesuai prosedur dan aturan yang berlaku. Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses pengadaan Alutsista yang dilakukan saat ini berbedadengan masa lalu yang hanya secara top down. Dalam pengadaan Alutsista yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dikenal dengan pendekatan bottom-up dan top-down.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H