Akhirnya Pilkada DKI Jakarta memasuki masa akhir setelah melewati rangkaian proses panjang yang telah dilewati selama ini. Rabu, 19 April 2017 pemungutan suara putaran kedua akan dilakukan diseluruh wilayah DKI Jakarta untuk mencari pemimpin baru Ibukota.
Rangkaian proses panjang terkait Pilkada DKI yang dimulai dari putaran pertama hingga putaran kedua saat ini, telah menoreh cerita kelam tentang wajah politik tanah air yang diwarnai dengan berbagai isu, mulai dari sara, etnis, bahhkan agama.
Tidak banyak pembelajaran politik yang dapat dipetik dalam proses Pilkada kali ini, karena aroma kegaduhan terasa kental lewat kepentingan yang dengan sengaja diciptakan untuk mengalahkan pasangan lainnya. Bahkan ada yang menyebutkan, Pilkada DKI kali ini hampir saja mengoyak semangat kebersamaan kita yang sudah terbina sejak lama.
Terlepas dari kegaduhan tersebut, ada baiknya kita semua kembali merefleksikan tujuan Pilkada dilaksanakan. Yaitu mencari pemimpin untuk sebuah daerah yang diharapkan memiliki visi-misi cerdas, bertanggung jawab, dan diharapkan dapat memajukan daerah dengan prinsip ke adilan yang dapat dirasakan semua golongan.
Kehadiran pemimpin jujur dan amanah tentunya sangat diharapkan ditengah krisis kepemimpinan yang melanda. Jujur dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin dengan menjauhi prilaku korupsi, dan amanah dalam mengemban tanggung jawab sebagai seorang pemimpin untuk memberikan yang terbaik kepada rakyatnya.
Jika melihat kondisi yang ada, harus pula diakui, sosok Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sampai saat ini masih dianggap sebagai sosok pemimpin yang jujur, amanah, dan terlihat bekarya secara nyata dalam pembangunan Ibukota demi memajukan Jakarta lewat bebrbagai program yang ia jalankan selama menjadi Gubernur DKI setelah menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi Presiden RI.
Sebagai seorang kepala daerah, Ahok juga mampu menunjukkan sikap sebagai pemimpin yang berdiri diatas kepentingan masyarakat luas. Ia tidak berpihak kepada golongan tertentu, bahkan ia tidak takut melawan kekuatan politik yang berada di DPRD demi menyelamatkan anggaran daerah untuk membela kepentingan warga Jakarta. Berbagai pembangunan yang memihak kepada kepentingan umat muslim juga telah ia lakukan dan dapat dilihat dengan nyata.
Jika pemipin yang memiliki integritas seperti Ahok tidak dipilih dalam Pilkada nanti, tentunya kita tidak dapat berharap banyak kepada sosok baru yang belum teruji. Kampanye politik memang tidak terlepas dari janji-janji manis untuk merebut simpati warga. Jika sudah ada yang teruji, mengapa harus mencari yang belum pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H