Lihat ke Halaman Asli

Membangun Resiliensi: Cara Remaja Menghadapi Tekanan Sosial

Diperbarui: 12 September 2024   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber, ilustrasi gangguan bipolar pikiran. By iStock.

Kesehatan mental memainkan peranan krusial dalam kehidupan remaja, yang merupakan periode transisi signifikan yang melibatkan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang mendalam. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, terdapat tantangan baru serta peluang dalam penanganan kesehatan mental yang memerlukan perhatian khusus.

Tantangan Kesehatan Mental di Kalangan Remaja

1. Tekanan dari Media Sosial: Media sosial berfungsi sebagai platform utama untuk interaksi sosial di kalangan remaja, namun sering kali menimbulkan tekanan untuk memenuhi standar ideal yang tidak realistis. Penelitian empiris menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang intensif dapat memperburuk risiko gangguan kesehatan mental, termasuk perasaan rendah diri dan kecemasan.

2. Isolasi Sosial: Walaupun media sosial memungkinkan remaja untuk berinteraksi secara virtual, hal ini seringkali tidak mampu menggantikan hubungan tatap muka yang esensial untuk dukungan emosional. Isolasi sosial yang diakibatkan oleh ketidakmampuan untuk membangun hubungan interpersonalis yang mendalam dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental, termasuk peningkatan risiko depresi.

3. Tekanan Akademik dan Sosial: Remaja sering kali dihadapkan pada tekanan yang signifikan untuk mencapai prestasi akademik dan memenuhi ekspektasi sosial. Tekanan ini dapat menyebabkan stres kronis yang berdampak pada kesehatan mental mereka, seperti gangguan tidur dan kelelahan emosional. Penelitian menunjukkan bahwa stres akademik dan sosial dapat memperburuk gangguan kesehatan mental pada remaja.

Peluang untuk Dukungan dan Penanganan

1. Akses ke Sumber Daya Digital: Kemajuan teknologi menawarkan kesempatan untuk meningkatkan dukungan kesehatan mental melalui aplikasi dan platform terapi daring. Intervensi berbasis aplikasi yang menggabungkan teknik terapi kognitif-perilaku dan pemantauan kesehatan mental dapat menyediakan akses yang lebih luas dan anonim bagi remaja untuk mengelola stres dan kecemasan.

2. Pendidikan dan Kesadaran: Integrasi pendidikan kesehatan mental dalam kurikulum sekolah dapat meningkatkan pemahaman remaja mengenai kesehatan mental dan keterampilan coping. Program-program ini berfokus pada penyuluhan mengenai kesehatan mental, pengelolaan stres, dan pengembangan keterampilan sosial yang dapat membantu remaja menghadapi tantangan emosional dengan lebih efektif.

3. Pendekatan Komunitas: Dukungan komunitas, melalui kelompok sebaya dan program mentoring, dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi remaja. Pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan berbagai pihak, termasuk orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan mental, dapat membangun jaringan dukungan yang kokoh dan efektif untuk remaja.

Kesimpulan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline