Lihat ke Halaman Asli

Shahnaz Subekhan

Universitas Pancasakti Tegal

Maslahat Manusia 4.0

Diperbarui: 26 November 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia ialah makhluk yang paling gagah sekaligus paling misterius. Bisa dipastikan, jagad raya ini akan menjadi sangat "sepi" jika Tuhan tidak menciptakan manusia. Manusia yang dalam dirinya menyimpan banyak unsur --- setidaknya jasmani dan rohani --- telah menjadi sebuah "kerajaan besar" yang menyimpan jutaan misteri. Unsur-unsur di dalam diri manusia berjalin-kasih antara yang satu dengan yang lain sehingga menciptakan suatu kesatuan yang padu.

Krisis kemanusiaan dewasa saat ini telah mengarah pada kemerosotan harapan dan gagasan Pencerahan dengan bantuan-bantuan yang darinya kemajuan politik dan ekonomi kita telah mulai. Gagasan kemajuan yang semacam itu disebut sebagai ilusi "realisme", yang kekekanak-kanakan, sebuah kata baru yang sama sekali kekurangan keyakinan atas manusia, dikhobatkan sebagai penggantinya.

Ide perihal kejujuran dan kekuasaan manusia, yang memberi manusia keperkasaan dan keberanian untuk meraih pencapaian-pencapaian yang sangat luar biasa pada beberapa abad belakangan ini ditentang oleh dorongan bahwa kita harus kembali kepada penerimaan puncak atas ketidakberdayaan dan ketidak berartian manusia.

Manusia 4.0 seringkali merasa gelisah dan gamang. Ia bekerja dan berjuang namun secara samar-samar sadar akan rasa sia-sia atas segenap aktivitasnya. Sementara kekuasaannya mengatasi persoalan telah tumbuh, dia merasa tak berdaya dalam kehidupan individual dan masyarakat. Selagi membuat cara-cara baru dan yang lebih baik untuk menguasai alam, dia telah terjerat dalam jaringan cara-cara itu dan kehilangan visi tujuan yang memberi signifikasi terhadap cara-cara tersebut.

Kondisi-kondisi ini telah mewarnai semua hubungan manusia. Ketika diri individual gelisah, maka hubungan antara orang-orang pasti merupakan kebutuhan yang dangkal, sebab bukan diri mereka sendiri melainkan komoditas yang dapat dipertukarkan itu yang dihubungkan. Orang-orang tidak dapat dan tidak mampu berhubungan dengan apa yang unik dan istimewa pada masing-masing lainnya.


Aku manusia.

Ini Kubagikan kepada manusia lain.

Aku melihat dan mendengar

dan aku makan dan minum

adalah apa yang juga dilakukan semua binatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline