Jikalah Allah menumpahkan sekaligus seluruh pengetahuan dan rahasianya kepada setiap diri manusia, niscaya kitapun takan pernah bertemu dengan namanya belajar. Maka persis seperti judul buku bang @faldomaldini ; selama kita hidup, selama itu pula kita belajar.
Tetapi tentunya, dalam prosesi serta ikhtiarnya, kita tak cukup hanya membebankan kepada akal saja untuk memikul jiwa pembelajar manusia. Dengan itu Allah berikan hati, ke setiap dada ummat-Nya. Karena Akal tak mampu untuk menanggung beban seutuhnya. Sebab, yang dibutuhkan oleh setiap jiwa para pembelajar bukan hanya ilmu; ada yang lebih harus digali setelah ilmu. Yaitu Hikmah.
Percuma kita berilmu, namun tak dapat memaknai dari setiap untaian ilmu yang kita dapat. Percuma kita belajar namun tak bisa menyerap hikmah dari setiap rententan jalan belajar yang pernah kita garap.
Hendak kita berkaca dari banyaknya para guru terdahulu yang telah lebih dulu berhasil menserasikan tentang hal itu. Dari mulai peran para wali songo membawa misi dakwah ke tanah nusantara. Yang hari ini kita telah nikmati nilai peradaban yang dibawanya. Bertahap, berani dan beradab, namun pasti. Ia sampaikan pesan hikmah dalam setiap geriknya; Sunan Kali Jaga dengan kesenian dan lir ilirnya, Sunan Bonang dengan budayanya, hingga seorang Sunan Giri dengan permainannya.
Pun sama kita rasakan nilai ilmu yang tak kering oleh hikmah dari generasi selanjutnya. Tentang kisah Ahmad Dahlan DKK. Ia mampu mengubah sudut pandang agama dari nilai mistik menjadi sebuah rahmat dan solusi bagi setiap mahkluk yang hidup di area semesta; dari yang awalnya meja dan perangkat belajar saja, dipandang sebuah benda yang haram karena dinilai itu adalah barang buatan orang kafir. Namun kini, sudut pandang kaku itu berubah menjadi nilai yang sangat berharga. Dan hari ini kitapun merasakan manfaatnya.
Itulah jiwa para pembelajar para soko guru peradaban, ia bergerak untuk sebuah cita cita.
Maka setelah inipun kita harus sadar bahwa perubahan itu akan selalu ada di depan para pembelajar.
Dan untuk menjadi seorang pembelajar, tak cukup hanya punya pikiran, lebih dari itu. Hatipun perlu diberdayakan.
SEMOGA KELAK, KITALAH YANG AKAN MENERUSKAN VISI SOKO GURU PERADABAN TERSEBUT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H