Lihat ke Halaman Asli

Jangan Salahkan Presiden...

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

142233424679804280

19 Oktober 2014, ketika hangat-hangatnya Pemilihan Presiden 2014 saya sempat menulis tentang "Harapan yang Membunuh" dan saat ini "pembunuhan" itu mulai berlangsung secara senyap. dan semua berawal dari harapan yang digantung terlalu tinggi, memberi beban terlalu berat kepada pundak yang ringkih.

Rakyat seolah menciptakan jurang dari lubang yang ia gali sendiri, dan satu persatu bebaris memasuki jurang itu. Sejarah berulang dan kebanyakan kita tidak belajar dari sejarah itu, naiknya pemimpin kita dianggap sebagai Ratu Adil yang mampu menyelesaikan segala permasalahan bangsa. Dan itulah sumber kekecewaan dikemudian hari. Rakyat yang terlalu berharap dengan terpilihnya presiden maka segala masalah terselesaikan, ternyata malah menimbulkan masalah baru lagi dengan harapan mereka. Kekecewaan datang bertubi-tubi ketika janji belum terealisasi, dan rakyat masih harus bersabar untuk melihat bukti itu.

Presiden saat ini adalah presiden pilihan rakyat, beliau adalah manusia seperti kebanyakan kita. adalah salah besar ketika rakyat membebani beliau dengan harapan-harapan tinggi, dan semua harus segera dipenuhi. Saatnya rakyat bersatu membantu Presiden mewujudkan mimpi-mimpi nusantara. Saatnya kita berpikir logis, bahwa yang dapat menyelesaikan permasalahan saat ini adalah kita. Jangan terlalu berharap orang lain menyelesaikan masalah yang telah kita buat.

Saya termasuk orang yang meyakini ungkapan, bahwa pemimpin diambil dari sebagian rakyatnya, bukan turun dari langit. Seperti apa karakter pemimpin.?? begitulah karakter sebagian rakyatnya. Dan masalah apa yang dihadapi presiden saat ini, begitu juga permasalahan yang dihadapi rakyat pada umumnya. Pentingnya "blusukan" untuk menyerap informasi selengkap-lengkapnya dan sedetail-detailnya, untuk kemudian menjadi landasan dalam mengambil setiap keputusan. Agar tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Mungkin itulah esensi dari "Blusukan" sebenarnya.

Sejarah mencatat naiknya Ibu Mega menjadi presiden disanjung sebagai Presidennya wong cilik, waktupun berlalu dan beliau gagal dalam pemilihan berikutnya. Terpilihnya Pak SBY juga didukung suara mayoritas bangsa ini, beliau terpilih dua periode. Menjadi catatan indah bangsa Indonesia bila dibandingkan pendahulunya yang sebagian diturunkan ditengah jalan. Dan tidak dapat dipungkiri masih ada pihak-pihak yang kecewa, hal itu adalah wajar.

Semoga bangsa ini belajar banyak hal dari kondisi saat ini, karena setelah tujuan utama tidak tercapai maka pembelajaran dan pengalaman adalah hal kedua yang setidaknya masih dapat dicapai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline