Lihat ke Halaman Asli

Shafiyyah Hanifatunnazihah

Undergraduate History Science Student

Pergerakan Perempuan: Bergerak Hari Ini untuk Dinikmati Saat Nanti

Diperbarui: 8 Juli 2024   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup ditengah masyarakat yang beragam menjadi salah satu keunggulan bagi bangsa kita, yang tentu saja diikuti dengan berbagai permasalahan dibelakangnya. Perbedaan sudah menjadi makanan sehari-hari sejak kita lahir. Baik tetangga maupun rekan kerja semuanya memiliki perbedaan yang beragam, berasal dari daerah pun suku bangsa yang berbeda. 

Begitulah hingga Indonesia menjadi bangsa yang terkenal dengan perbedaan yang menghiasinya. Tanpa perlu memandang jauh ke perbedaan suku bangsa, manusia diciptakan berbeda--perempuan dan laki-laki. Masing-masing memiliki peran serta usaha yang berbeda bagi masyarakat. Begitupula saat masa pergerakan nasional.
Pergerakan nasional identik dengan bagaimana masyarakat kita mulai tergerak untuk 'memerdekakan' dirinya sendiri. Mulai dari munculnya berbagai organisasi yang menaungi gagasan pelajar hingga perkumpulan pedagang yang akhirnya bergerak kearah kebebasan politik. Lantas, apakah semua perkumpulan itu hanya dilakukan oleh satu golongan? Apa hanya pria-pria saja yang melakukan usaha 'bergerak' menuju suatu paham 'nasionalisme'?
Perempuan selalu terkesan lemah, dipertanyakan kemampuannya untuk menggerakan suatu bidang. Hingga seringkali perempuan disepelekan, bahkan saat masa pergerakan nasional. Hanya karena orang yang terlibat perkumpulan mayoritas laki-laki, perempuan jadi terkesan tidak melakukan apa-apa. Oleh karena itu, kita tidak bisa dengan mudah menilai peran perempuan hanya berada diranah dapur, sumur, dan kasur semata. Perempuan justru mulai bergerak juga saat masa pergerakan nasional, awal dari menguatnya tekad untuk memenuhi hak perempuan.
Sebenarnya ketika kita berbicara tentang ketidak setaraan yang dialami oleh kaum Wanita sudah terjadi sejak zaman kolonial Belanda Wanita yang terkesan seperti dikotomi. Hal tersebutlah yang menjadikan Wanita tidak dapat melakukan apa yang merka mau, karena pada hakikatnya sebagai manusia kita semua memiliki peranan dan hak yang sama dalam kehidupan bersosial di Masyarakat baik dalam segi politik, pendidikan, dan lain sebagainya.
Pergerakan yang diprakasai oleh perempuan saat itu, masih berfokus pada pemenuhan hak perempuan. Diawali oleh berbagai wanita hebat seperti R.A Kartini, Dewi Sartika, Tcut Nyak Dien, dan tokoh wanita hebat lainnya. Pergerakan Wanita tidak hanya bergerak individu, seiring berjalannya waktu pergerakan perempuan beralih menjadi pergerakan kolektif yang berakhir dengan terbentuknya kelompok. Kelompok ini hadir dengan harapan mendobrak persepsi pemerintah kolonial dan tradisional yang berusaha mengkotomi kaum perempuan. Seperti cita-cita terbesar Kartini yang ingin menciptakan nuansa baru pemikiran kaum perempuan terutama dikalangan atas.
Organisasi diawal pergerakan nasional seperti Budi Utomo juga memiliki andil yang cukup besar dalam lahirnya gerakan perempuan. Hal ini disebabkan oleh anggota Budi Utomo yang didominasi oleh kaum terpelajar. Mereka sudah memiliki pandangan yang lebih luas terutama pada peran kaum perempuan. Dengan adanya dorongan dari Budi Utomo terbentuklah kelompok-kelompok yang hadir untuk menekan kedudukan sosial dalam perkawinan dan peningkatan wawasan untuk perempuan--sebagai pemegang peran penting dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Penyelenggaraan kongres-kongres perempuan menciptakan banyak dampak positif. Salah satunya adalah lahirnya organisasi Putri Mardika yang memiliki tujuan untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada gadis-gadis pribumi unrtuk lebih berani berpendapat di muka umum terkhusus soal pendidikan. Putri Mardika juga menerbitkan majalah bulanan sebagai wadah untuk penyampaian ide serta pemikiran orang-orang di luar Jakarta. 

Dengan timbulnya berbagai kongres perempuan selanjutnya memberi dampak yang signifikan. Bukan hanya dalam dunia Pendidikan tetapi  pemenuhan hak-nya dalam bidang politik. Memang pada awalnya yang diperjuangkan oleh perempuan juga terkait dengan pemenuhan peran dan hak mereka dalam menentukan pilihan politik sebagaimana sudah seharusnya dimiliki oleh masyarakat yang bernegara.
Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa dengan hadirnya gerakan yang dilakukan oleh perempuan saat itu, masyarakat mulai memperhatikan peran perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan. 

Baik merdeka dari bawah kukungan para penjajah serta merdeka dari tekanan masyarakat yang merendahkan perempuan. Hal ini membantu masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki--terutama dalam kehidupan sosial dan politik. Hingga akhirnya, saat ini perempuan dapat masuk ke berbagai sektor masyarakat. 

Tidak lain dan tidak bukan adalah buah hasil perjuangan perempuan di masa pergerakan nasional. Meskipun begitu, kita tetap harus mendukung segala aspek yang akan memajukan para perempuan di Indonesia. Mendukung, dan memberikan fasilitas terbaik. Sehingga, tidak ada lagi perempuan yang kemampuannya diremehkan atau direndahkan.

penulis: Abi Sopian Pratama, Renaldi Septama, dan Shafiyyah Hanifatun Nazihah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline