Lihat ke Halaman Asli

Kepemimpinan Versus Perempuan

Diperbarui: 21 Agustus 2021   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Chapter 11

Kepemimpinan tidak dapat terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin. Banyak yang menghubungkan antara kemampuan individu dalam memimpin dengan aspek biologis yaitu berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dengan perempuan.

Dengan begitu, kemudian mengakibatkan timbulnya istilah ketimpangan gender dengan menempatkan perempuan pada kondisi yang tidak menguntungkan, walaupun perempuan adalah sumber daya manusia yang bahkan di seluruh dunia jumlahnya jauh lebih besar dari pada laki-laki.

Di era globalisasi aat ini, persoalan gender bukanlah merupakan faktor pembeda dominan begitu banyak fenomena pekerjaan yang dulunya di kerjakan kaum pria sekarang dapat dikerjakan oleh kaum wanita, misalnya ketentaraan, pertambangan, supir bus / Taxi, dan lainnya.

 Pekerjaan semula yang dikerjakan perempuan hanya lingkungan rumah tangga, kini bergeser ada yang sekaligus sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Memposisikan perempuan bukan hanya sebagai proses pembangunan tetapi juga sebagai fondasi yang mendukung pembangunan merupakan keniscayaan karena sejalan dengan gerakan emansipasi  wanita seperti figur R.A. Kartini.

Gerakan emansipasi dan gender intinya mengusahakan persamaan hak perempuan di berbagai bidang kehidupan sehingga perlahan menggeser stigma tentang sosok perempuan itu sendiri, tidak dipandang lagi sebagai sosok yang lemah namun memiliki kemampuan yang sama untuk berada di posisi puncak dalam karier.

Banyak tokoh dunia perempuan menjadi panutan seperti Margareth Teacher di Inggris, Indira Gandhi di India, Cory Aquino di Filipina yang mampu memposisikan dirinya sebagai perempuan yang lemah melainkan kekuatan & kecerdasan dalam menempatkan diri di rumah, dunia kerja, tempat ibadah, dan lingkungan masyarakat.

Ada pula faktor penghambat kemajuan perempuan adalah kurangnya kebijakan dalam organisasi yang mendukung keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan, khususnya bagi perempuan yang memiliki keluarga. Dengan demikian, sudah mulai banyak perusahaan yang women-friendly.

Perusahaan memberikan kesempatan bagi wanita untuk meniti kariernya, serta menghasilkan para perempuan yang suskes dalam karier dan keluarga. Mereka sadar bahwa memberikan kesempatan bagi perempuan untuk naik ke posisi kepemimpinan merupakan langkah strategis dan humanis untuk memajukan organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline