Lihat ke Halaman Asli

Shafiraqila

đŸ‘‹

Si Merah

Diperbarui: 19 Oktober 2021   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source : Pinterest

Hari ini jalan-jalan terakhirku bersama si merah. Seperti biasa lengkap dengan jaket tebal berwarna hitam metallic, helm mahal yang kubeli saat gajian ketiga, sarung tangan kesayangan yang sudah lusuh namun tetap nyaman, dan kacamata hitam dari glodok tapi terlihat 'mahal'.

Perlengkapan jalan-jalanku sudah aman terpakai. Saatnya melaju menyusuri jalan yang biasa ku tempuh saat sedang banyak pikiran. Si merah selalu menemaniku berlarut dalam pikiran kusut. Ia menemaniku dengan suara mesinnya, Ia melindungiku dengan tampilannya yang keren, sehingga saat kalut pun, aku tetap terlihat keren.

Si merah pun menemaniku bertemu segala bentuk perempuan. Dari yang berambut panjang suka minta jajan, dari yang rambut pendek tapi gak bisa kena panas,  dari yang berkerudung tapi maunya jalan pelan-pelan supaya kerudung gak terbang, sampai terakhir yang berkesan sederhana tapi mematikan.

Si merah sebagai saksi bisu, di mana aku menghabiskan seluruh uangku untuk si 'sederhana'. Aku berikan apapun untuknya, hingga tak terasa kredit card bank-ku membengkak. Sampai suatu ketika, si sederhana tertangkap basah hanya memorotiku saja. Tapi apa daya? waktu, energi dan uangku sudah terbakar habis.

Satu-satunya yang kupunya, si merah. Namun, saat ini si merah pun harus segera pergi bertemu dengan empunya yang baru. Aku minta maaf sedalam-dalamnya untuk si merah. Ia hanya saksi bisu hubunganku dengan si 'sederhana', namun malah jadi yang paling merana demi membantu tuannya. Terima kasih si merah, kenangan kita akan selalu aku ingat, karena kamu adalah aset pertamaku yang kubeli dengan keringat sebagai budak korporat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline