Fenomena Sampah plastik merupakan masalah serius yang mengancam keberlangsungan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Indonesia, sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua setelah Tiongkok, menghasilkan sekitar 3,22 juta ton sampah plastik per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 0,48-1,29 juta ton terbuang ke laut (World Bank, 2018). Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan peringkat kelima di dunia dalam pengelolaan sampah plastik terburuk. Dampak pencemaran ini tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi juga akan memengaruhi generasi yang akan datang.
Di Era 5.0, dengan teknologi yang semakin terintegrasi, kita perlu mencari solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini. Upaya kolektif dari masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta sangat penting untuk mengurangi sampah plastik dan melindungi lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. Menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama baik individu maupun negara. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan kebijakan yang mendorong partisipasi masyarakat sangat penting. Dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai sosial, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang sehat untuk masa depan. Lingkungan yang tercemar oleh sampah plastik berdampak besar pada kehidupan semua makhluk hidup, sebab kontaminasi ini mengancam keberlangsungan semua makhluk hidup, yang dampaknya dirasakan oleh generasi sekarang dan akan datang. Maka di Era 5.0, kita perlu mencari solusi alternatif yang efektif untuk mengatasi masalah ini.
Masalah tersebut timbul akibat budaya penggunaan plastik yang terus menerus dilakukan tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Sifat plastik yang sulit terurai merupakan permasalahan bagi kita bagi kita semua untuk menyelamatkan bumi agar tidak rusak akibat sampah. Solusi untuk mengatasi sampah yakni dengan menerapkan prinsip 3R yaitu pengurangan (reduce) volume sampah, pemanfaatan (reuse) sampah dan pemilahan (recycle), sehingga masalah sampah dapat berkurang. Hal sederhana yang dapat mengurangi sampah plastik seperti membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik, mengurangi penggunakan sedotan dan botol plastik, dan daur ulang barang yang tidak dapat digunakan. Era 5.0 memberikan peluang untuk menghadapi tantangan sampah plastik program daur ulang berbasis komunitas, seperti bank sampah dan kompetisi daur ulang, sangat relevan di Era 5.0 karena dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan menciptakan rasa tanggung jawab bersama. Dengan kemudahan akses teknologi, program ini juga dapat memberikan nilai ekonomis dari limbah plastik. Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah sangat penting. Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi untuk mengurangi plastik, sementara perusahaan berinovasi dengan produk ramah lingkungan. Integrasi sosial dalam upaya ini memperkuat kolaborasi antarindividu dan kelompok. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan keterlibatan masyarakat, kita dapat lebih efektif mengurangi sampah plastik di Era 5.0.
Maka upaya untuk mengurangi sampah plastik demi masa depan yang berkelanjutan meliputi beberapa langkah yakni :
1. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye pendidikan yang kreatif, termasuk penggunaan media sosial dan kegiatan seperti seminar dan workshop, dapat menarik perhatian banyak orang, terutama generasi muda. Kedua, memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi berbasis smartphone, untuk membantu masyarakat melacak penggunaan plastik dan memfasilitasi program daur ulang juga sangat penting.
2. Inovasi Teknologi
Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi berbasis smartphone, untuk membantu masyarakat melacak penggunaan plastik dan memfasilitasi program daur ulang sangat penting. Dengan teknologi, informasi dapat diakses lebih mudah dan partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan, memperkuat rasa kepemilikan terhadap isu lingkungan.
3. Program Daur Ulang Berbasis Komunitas
Membangun program daur ulang berbasis komunitas, seperti bank sampah dan kompetisi daur ulang, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab bersama dan menciptakan nilai ekonomis dari limbah. Melalui kolaborasi dalam program-program ini, berbagai elemen masyarakat—individu, komunitas, dan organisasi—dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
4. Kemitraan antara Sektor