Oleh: Shafira Miftahul Jannah
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Pemuda menurut UNESCO adalah periode transisi dari ketergantungan masa kanak-kanak ke masa dewasa dan sadar akan kemandirian atas kebebasan dalam menjadi bagian dari masyarakat (kematangan mentalitas). Menurut Koentjaraningrat pemuda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia, dimana fase tersebut mengarah pada perkembangan atau perubahan.
Pemuda secara sosiologis adalah individu yang terwarisi masa lalu dan terbebani masa depan. Maksudnya adalah dipundak para pemuda harapan bangsa dititipkan. Pemuda memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam perkembangan suatu bangsa dan negara karena, pemuda merupakan kelompok sosial yang dapat menentukan masa depan bangsa. Seperti kata presiden RI yang pertama sekaligus bapak proklamator Indonesia yaitu Ir. Soekarno "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi. Satu orang pemuda dapat mengubah dunia".
Jika melihat pemuda secara pembangunan masyarakat, pemuda adalah suatu identitas yang memiliki potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan menjadi sumber daya manusia dalam pembangunan bangsa. Pemuda memiliki peran seperti pemuda adalah salah satu agen perubahan sosial, dimana tindakannya berdampak langsung kepada masyarakat; menjadi pemimpin di masa depan; menjadi teladan bagi masyarakat; menjadi inovasi dan penemuan yang dapat membantu masyarakat; sebagai kontrol sosial, memberikan edukasi kepada masyarakat, mengontrol pemerintah, dan menjadi teladan bagi masyarakat.
Namun demikian muncul kekhawatiran tentang bagaimana pemuda memproyeksikan masa depan bangsa. Di tahun 2045 menuju Indonesia Emas yang juga bertepatan dengan 100 tahun usia kemerdekaan Indonesia dan Indonesia akan mengalami bonus demografi. Bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif akan mengalami proporsi yang jauh lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif. Disinilah peran pemuda harus dioptimalkan. Karena, jika para pemuda ini gagal membangun kapasitas menuju Indonesia Emas maka bonus demografi hanya menjadi beban bagi bangsa dan negara.
Agar suatu bangsa dan negara menghasilkan keuntungan dari bonus demografi ini perlu ada pengelolaan dan perencanaan yang baik dan matang. Dengan meningkatkan produktifitas para pemuda mampu memanfaatkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menjadi bonus demografi bukan justru menjadi beban. Terlebih lagi di masa pandemi Covid 19 yang sudah satu tahun lebih mewabah di Indonesia dan didukung dengan kebijakan untuk melakukan segala aktivitas sosial dari rumah. Kelompok pemuda sangat rentan di masa pandemi ini. Mulai dari hilangnya pekerjaan, peluang ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang menjadi beberapa faktor yang terdampak pada fase kehidupan remaja. Para pemuda disaat yang bersamaan ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk merespons kondisi kritis yang sedang dihadapi ini.
Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia pada awal bulan Maret 2020, segala macam aturan atau regulasi dikeluarkan pemerintah guna menekan angka penyebaran semakin meningkat. Mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dilakukan. Pandemi ini menjadi tantangan juga peluang bagi para pemuda untuk mencapai bonus demografi.
Pandemi ini patutnya dijadikan momentum untuk para pemuda bisa bersaing dan berkompetisi secara lebih produktif sehingga dapat memajukan bangsa dan negara. Pandemi seharusnya bukan menjadi halangan untuk tidak produktif, justru seseorang akan kehilangan kesempatan jika tidak produktif di masa pandemi ini. Sudah seharusnya para pemuda memanfaatkan waktu yang lebih fleksibel ini dengan produktif, bukan justru terlena dengan bermalas-malasan.
Himbauan pemerintah untuk di rumah saja, bukan berarti kita terus berdiam diri dengan tidak melakukan hal-hal produktif. Tidak pergi ke sekolah atau kampus bukan berarti kita hanya bersantai menonton banyak drama, series dan film. Justru yang seharusnya kita lakukan dan pikirkan adalah kontribusi atau kegiatan produktif apa yang bisa kita kerjakan di masa pandemi ini. Selain itu perkembangan teknologi yang pesat dengan ditawarkan segala kemudahan didalamnya harus dimanfaatkan sebaik dan semaksimal mungkin. Kesadaran para pemuda untuk mengambil peran atau kontribusi di masa pandemi ini tentunya sangat dinantikan. Pemuda Indonesia diharapkan mampu menunjukkan effort dan etos di tengah krisis pandemi, dengan tetap berkontribusi dalam bonus demografi ini. Dengan adanya aturan dan kebijakan baru selama masa pandemi ini mau tidak mau gaya hidup para pemuda juga harus menyesuaikan.
Kegiatan produktif ini bisa berupa aktif mengikuti kegiatan relawan sosial, aktif menyebarkan informasi terkait Covid-19 ini kepada lingkungan sekitarnya, turut serta membantu perekonomian keluarga dengan berjualan secara online sesuai dengan minat dan kemampuannya misalnya, dan lain sebagainya. Dengan mengandalkan inisiatif dan kreativitas berbagai kegiatan positif dan produktif bisa dilakukan pemuda di masa pandemi ini. Sudah banyak contohnya para pemuda yang produktif di masa pandemi dan dapat dilakukan secara online. Seperti membuka bisnis jualan online di media sosial dan e-commerce, mengikuti berbagai webinar yang tersedia sesuai minat untuk mendapatkan insight baru, melakukan kegiatan sosial sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, rutin melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, mencari dan belajar skill baru dan masih banyak lagi.