Upaya mendukung net zero emission.
Di era Revolusi Industri 4.0 ini kita sebagai sebagian masyarakat terkadang mengeluh dengan adanya isu-isu baru mengenai dampak pemakaian energi yang berlebihan. Pertanyaan yang sering terdengar sebagai argumen standar dari masyarakat awam adalah, "gimana siihh caranya energi di Indonesia ini bisa tetap stabil dan bermanfaat bagi manusia? Apakah berbagai macam energi di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tetap ramah lingkungan?". Dalam hal ini, siapakah yang paling pantas untuk menjawab dan memberikan solusi terbaik dari pertanyaan tersebut? apakah politikus? Ahli migas? Ahli fosil? Atau bahkan pemerintah?
Nahh, sebagai warga yang baik, sebaik nya kita juga ikut terjun nihh dalam pemecahan masalah dari pertanyaan-pertanyaan di atas, khusus nya para generasi milenial Indonesia nihh yang diharapkan turut ikut serta dalam mendukung net zero emission.
Indonesia sebagai negara dengan keberagaman budaya serta kekayaan SDA (sumber daya alam) yang melimpah bukan lagi menjadi rahasia umum. Saat sumber energi yang ada di bumi Indonesia sudah mulai menipis jumlahnya, disaat itu pula sebenarnya sumber-sumber energi lain mulai menampakkan wujudnya untuk dapat diolah dan dimanfaatkan oleh warga Indonesia.
Energi bahan bakar fosil sampai saat ini adalah salah satu energi utama yang digunakan pada sebagian aktivitas masyarakat Indonesia. Energi tersebut merupakan energi tak terbarukan yang dinilai tidak ramah lingkungan serta akan habis dalam waktu dekat. Jika energi tersebut digunakan secara terus-menerus, maka krisis energi akan melanda dunia ini. Inilah yang menjadi suatu tantangan bagi pemerintah dari semua negara di dunia untuk menggantikan energi tersebut dengan Energi Baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
Menurut Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam acara Focus Group Discussion tentang Supply-Demand 2008. Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450MW, Biomass 50GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW.
Nahhh, salah satu energi yang bis akita manfaatkan secara gratis dan melimpah itu adalah panas matahari. Kenapa sihh harus pilih panas matahari? Karenaaa Indonesia adalah salah satu dari 66 negara di area sunbelt, dengan total populasi 75% penduduk di dunia. Indonesia memiliki rata-rata 14 (empat belas) pancaran sinar matahari dari sabang sampai Merauke karena berada di garis katulistiwa dimana penyinaran matahari ada sepanjang tahun.
Tenaga surya/matahari merupakan salah satu sumber energi dalam jumlah besar, bersifat kontinyu, sangat aktraktif, tidak dapat habis, dan dapat diperoleh serta gratis. Negara Indonesia tergolong daerah tropis yang mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Hal ini memberi indikasi bahwa prospek penggunaan fotovoltaik (sel matahari) di masa mendatang ataupun masa kini cukup cerah. Solusi ini tanpa kita sadari juga mendukung upaya "net zero emission".
Pasti temen-temen mulai kepo nihh, dan muncul beberapa pertanyaan yang buat terngiang-ngiang di kepala. Apa sihh PLTS itu? Gimanaa sihh cara masangnya? Kelebihannya apa sihh buat kita selain buat negara? Nahhh, Yukk kita pelajari lebih mendalam tentang PLTS, simak sampai akhir yaaa temen-temen, xixixi.
PLTS merupakan sumber jangka energi dengan biaya operasional yang rendah. Saat ini PLTS bisa bersaing dengan generator diesel sebagai pembangkit beban puncak (peaker) dan di tahun-tahun mendatang akan sangat kompetitif terhadap semua pembangkit listrik yang ada. Tahun 2025, Indonesia menargetkan penggunaan solar PV yaitu 6,5 GW dengan kapasitas 0,15 GWp. Selain itu, pada tahun 2025 target penurunan emisi nya yaitu 231,2 juta ton CO2e.