Lihat ke Halaman Asli

shafiraadriana

Universitas Airlangga

Tradisi Terkikis Pada Era Modern. Bagaimana Tanggapan Generasi Muda?

Diperbarui: 8 Januari 2025   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Anak-Anak Mengenakan Pakaian Adat

Seiring berjalannya waktu, kita sering kali merasa bahwa dunia berubah begitu cepat. Perubahan ini memengaruhi hampir semua aspek kehidupan kita, seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam refleksi pribadi saya, perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat saat ini menggambarkan betapa kompleksnya hubungan antara tradisi dan modernitas.

Mengingatkan pada masa lalu, ketika nilai-nilai yang diturunkan oleh orang tua dan masyarakat sekitar begitu kuat sehingga memengaruhi setiap langkah kita. Tradisi dan adat menjadi landasan utama dalam menjalani kehidupan. Setiap keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anggotanya, dimana norma sosial dan kebiasaan sehari-hari adalah sesuatu yang dijaga dan dihormati. Namun, dengan hadirnya era digital dan globalisasi saya merasa bahwa banyak dari nilai-nilai tersebut mulai terkikis.

Dampak dari Adanya Globalisasi

Pada satu sisi, globalisasi membuka begitu banyak peluang. Akses informasi dan kemajuan teknologi telah memperkaya pengetahuan kita, memberikan kesempatan untuk berkembang dalam berbagai bidang. Namun, di sisi lain hal ini membawa tantangan besar bagi budaya lokal. Keterbukaan terhadap pengaruh luar, seperti budaya pop, gaya hidup Barat, dan penggunaan teknologi yang semakin maju dapat memengaruhi cara pandang generasi muda terhadap nilai-nilai tradisional. Mereka mulai melihat tradisi sebagai sesuatu yang kuno, dan lebih memilih untuk mengikuti tren global yang serba cepat dan instan.


Fenomena ini juga tidak terbatas pada aspek budaya saja. Politik dan ekonomi pun tidak bisa dilepaskan dari dampak globalisasi. Dalam konteks politik, ketegangan antara nasionalisme dan kosmopolitanisme semakin terasa. Beberapa negara merasa perlu melindungi identitas dan kedaulatannya, sementara yang lain berusaha mengadopsi pola pikir global demi kemajuan ekonomi. Dalam ranah ekonomi, perubahan yang cepat memunculkan kesenjangan yang semakin lebar antara yang kaya dan yang miskin. Ekonomi global telah memberi kemungkinan arus barang dan jasa melintasi batas negara, namun di saat yang sama hal ini juga menumbuhkan ketimpangan yang semakin terasa di kalangan masyarakat.

Upaya yang Harus Dilakukan

Lalu, bagaimana kita sebagai bagian dari masyarakat yang terjebak di antara tradisi dan modernitas harus menghadapi situasi ini? Salah satu cara untuk menanggapi tantangan tersebut adalah dengan menciptakan keseimbangan. Kita perlu menghargai dan melestarikan warisan budaya kita, namun juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pendidikan menjadi kunci dalam hal ini, dimana kita bisa mengajarkan generasi muda untuk tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga mengenali pentingnya nilai-nilai lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang.


Memori kolektif kita sebagai bangsa perlu dipertahankan dengan cara yang lebih fleksibel. Tradisi bukanlah sesuatu yang statis, ia bisa berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut untuk mengadaptasi budaya lama dengan cara yang relevan dengan kondisi saat ini, tanpa menghilangkan makna mendalam yang terkandung di dalamnya. Dengan menyeimbangkan antara memori kolektif dan kemajuan yang ada, kita dapat menghadapi tantangan globalisasi dengan kepala tegak sambil tetap menghargai akar budaya kita yang kaya.

Kesimpulan

Di masa yang akan datang, diharapkan bahwa kita tidak hanya menjadi konsumen dari budaya global, tetapi juga produsen yang mampu menciptakan inovasi yang menggabungkan nilai-nilai lokal dan global. Kita harus menyadari bahwa perubahan merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan, namun bagaimana kita meresponsnya akan menentukan masa depan kita. Sebagai generasi yang hidup di persimpangan antara masa lalu dan masa depan, kita harus belajar untuk melihat fenomena masa kini sebagai peluang untuk memperkaya warisan budaya, bukan untuk melupakan dan meninggalkannya.


Dalam perjalanan kita ke masa depan, mari kita terus mengingat bahwa globalisasi bukan hanya tentang adopsi teknologi atau budaya dari luar, tetapi juga tentang menjaga dan meneruskan identitas kita. Karena di balik setiap perubahan, terdapat  kesempatan untuk mempertahankan jati diri kita, bahkan di dunia yang semakin terhubung ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline