Lihat ke Halaman Asli

Shafira Fajrianti

Mahasiswa Pertanian di Universitas Jember

Kajian Strategis Penerapan Inovasi Smart Farming dan Penambahan Vermikulit pada Budiadaya Kacang Hijau di Lahan dengan Kapasitas Tukar Kation Rendah

Diperbarui: 14 Juni 2024   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(batukita.com)

                                     Shafira Fajrianti dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

                     Korespondensi: Sundahri.faperta@unej.ac.id

LATAR BELAKANG 

Laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan tingginya tingkat alih fungsi lahan pertanian. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 1,13% (BPS, 2023). Menurut BPS (2023), jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2023 menjadi 278.696,2 ribu jiwa dari 275.773,8 ribu jiwa pada tahun 2022. Hal tersebut menyebabkan adanya perpindahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan perkantoran. Alih fungsi lahan pertanian dapat menyebabkan terancamnya ketahanan pangan nasional (Prabowo et al., 2020). 

Ketahanan pangan nasional dapat terancam karena penurunan produksi bahan pangan akibat ketersediaan lahan yang terbatas. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi penurunan produksi bahan pangan adalah dengan penggunaan lahan marginal sebagai lahan pertanian. Lahan marginal adalah lahan sub-optimal yang umumnya tidak digunakan pada bidang pertanian. Lahan marginal memiliki ciri-ciri yaitu kandungan hara yang rendah, pH tanah asam, kapasitas tukar kation dan kandungan bahan organik yang rendah (Mansyur et al., 2023). Luas Lahan marginal di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 157.246.565 hektar dan yang sudah dimanfaatkan dalam bidang pertanian baru sekitar 91.904.643 hektar atau sekitar 58,4% pada tahun 2018 (BALILATFO, 2019). Hal tersebut menjadi peluang dalam pemenuhan kebutuhan pangan khususnya terhadap produksi kacang hijau. 

Kacang hijau adalah salah satu tanaman yang cukup banyak diminati di Indonesia maupun di luar negeri. Indonesia melakukan ekspor kacang hijau ke Cina pada tahun 2023 sebesar 1000 ton (Balai Besar PPMBTPH, 2023). Hal tersebut dapat mengalami penurunan produksi atau tidak maksimal apabila penanaman kacang hijau dilakukan pada lahanlahan marginal. Lahan marginal memiliki kandungan unsur hara yang cukup rendah sehingga menyebabkan terhambatnya masa vegetatif maupun generatif pada kacang hijau. Penanaman kacang hijau varietas vima pada lahan gambut memiliki berat 100 biji yaitu 5,56 gram (Siregar et al., 2023). Angka tersebut mengalami penurunan karena umumnya berat 100 biji varietas vima 1 adalah 6,3 gram. Oleh karena itu, perlu adanya kajian strategi dalam melakukan budidaya kacang hijau pada lahan marginal sehingga dapat berproduksi dengan maksimal dan dapat memenuhi permintaan di Indonesia maupun luar negeri.

ISI

 Kacang hijau adalah tanaman berpolong yang hasil utamanya berupa biji kacang hijau. Kacang hijau mudah tumbuh di Indonesia dan umumnya memiliki umur pendak atau masa panen yang cepat. Kacang hijau dapat tumbuh pada ketinggian 500-750 mdpl dengan curah hujan 50-200 mm/bulan dan suhu pada 25 -- 27 (Nurhayati, 2021). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kelembapan 50 -- 80% dengan dataran yang datar (Cahyono, 2019). Budidaya kacang hijau yang sesuai dengan syarat tumbunya maka tanaman akan memiliki morfologi yang sempurna sehingga hasil panen optimal. Oleh karena itu, perlu adanya teknik khusus atau cara budidaya khusus dalam melakukan budidaya kacang hijau pada lahan dengan kapasitas tukar kation yang rendah. 

Tanaman kacang hijau yang ditanam di lahan dengan kapasitas tukar kation yang rendah dapat menerapkan teknik smart farming melaui mekanisme fertigasi. Smart farming adalah usaha pengelolaan pertanian yang mengefisiensikan penggunaan mesin dan peralatan yang berbasis teknologi untuk meningkatkan produktivitas (Pangestika et al., 2020). Smart farming yang digunakan adalah pelaksanaan fertigasi pada lahan dengan kapasitas tukar kation yang rendah. Fertigasi adalah sistem irigasi atau pengairan yang dilaksanakan sekaligus dengan pemupukan. Pelaksanaan fertigasi umumnya dilakukan dengan sitem drip irrigation atau irigasi tetes. Penerapan teknik smart farming dengan mekanisme fertigasi yang dilengkapi oleh sensor kelembapan tanah dapat menjadi solusi akan ketersediaan hara pada lahan dengan kapasitas tukar kation yang rendah. Hal ini dapat terjadi sebab air yang sudah mengandung unsur hara dapat langsung diserap oleh tanaman secara bertahap melalui tetesan yang keluar dari pipa. Penerapan smart farming dapat dikombinasikan dengan penambahan media tanam yang dapat memperbaiki kapasitas tukar kation yang rendah pada lahan marginal. 

Kapasitas tukar kation yang rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan vermikulit untuk memperbaiki sifat kimia tanah. Vermikulit adalah media tanam anorganik yang berasal dari pemanasan mika dengan kandungan potasium dan kalsium (Akib dan Nuddin, 2023). Vermikulit dapat meningkatkan kapasitas tukar kation lebih tinggi khususnya dalam keadaan padat dan basah (Hartanti et al., 2022). Hal itu sejalan dengan penerapan smart farming dengan mekanisme fertigasi. Oleh karena itu, pemberian vermikulit dapat memperbaiki kapasitas tukar kation tanah dan smart farming dengan fertigasi dapat memberikan asupan air yang sesuai kebutuhan tanaman serta pemenuhan kebutuhan hara tanaman kacang hijau. Ketersediaan hara dan air yang cukup pada lahan marginal dengan metode ini dapat menyebabkan budidaya hijau menjadi lebih optimal baik dari segi teknik budidaya dan hasil panen. 

KESIMPULAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline