Istirahat siang ini, aku berniat tiduran sebentar di mushollah. Musholla selalu jadi tempat favorit saat istirahat karena dingin full AC. Kami sering rebahan sejenak meluruskan punggung yag pegal seharian duduk di depan komputer. Seperti biasa, aku memilih istirahat kedua, kupersilakan partnerku untuk istirahat terlebih dahulu karena aku tidak makan siang.
Puasa saat bekerja lebih nyaman bagiku daripada puasa saat libur karena mamak akan masak dan membutku tidak kuat iman. Jadilah, aku rajin puasa saat kuliah dan kerja, tapi akan luntur saat liburan. Apalagi bekerja di ruangan ber AC yang tidak terasa panas, puasa jadi terasa lebih ringan. Hanya saja, hrus kuat menahan emosi saat pekerjaan menumpuk, nasabah ngeyel atau deadline yang super singkat.
Bekerja di sebuah Bank BUMN, meski hanya menjadi frontliner, tapi tekanan itu sangat terasa ketika berada di kantor cabang. Atmosfernya sangat berbeda dengan berada di unit yang tidak terlalu banyak orang dan lebih kekeluargaan. Pembagian divisi dan terlalu banyak orang membuat di cabang terasa lebih tertekan. Meski bukan masalah yang besar, tekanan cukup menguras pikiran karena kami harus menyelesaikan banyak deadline dalam waktu yang singat dan secara tidak langsung menjadi sorotan banyak mata karena berada di kantor utama.
Sudah menjadi rahasia umum juga kalau di cabang, banyak gosip tersebar sangat cepat dan cabang tahu segalanya. Bagian SDM ada di cabang, banyak orang berhubungan dengan orang di unit dan akhirnya semua menyebar dengan sangat cepat. Soal ini, saya memilih tidak terlalu mau tahu. Meski saya tahu secara tidak sengaja, tapi saya tak pernah mengindahkannya. Saya masih berkutat dengan mimpi dan hati ketika itu.
Siang ini begitu terik, langkahku gontai menuju musholla. Setelah menaruh tas di dalam musholla, aku berjalan ke tempat wudhlu dengan lebih cepat. Segar sepertinya wudhu di tengah teriknya matahari siang ini. Sudah terbayang bagaiaman air menyentuh muka menyegarkan dahaga. Ada seorang sahabat dari unit yang sedang berada di musholla dan beberapa pengunjung yang sedang menunaikan sholat dzuhur.
Segera kuambil mukenah lalu sholat. Selesai sholat, aku memilih berdiam sambil rebahan karena sedang tidak makan siang. Meluruskan punggung sambil sedikit geli melihat seorang senior laki-laki bertubuh gempal sedang duduk sambil tertidur di pojok ruangan. Tidak ada sekat di musholla yang kecil itu sehingga kami bisa melihatnya tertidur di bagian belakang batas sajadah laki-laki dan perempuan.
Seseorang masuk lalu menciumku di pipi. Sudah bisa kuduga, staff SDM yang hobi naik gunung dan tomboi itu pasti, Marisya. Dia nyengir saat aku menoleh. Dia nyengir melanjutkan sholat. Sengaja membuat pipiku basah lalu tidak bertanggung jawab.
Selesai sholat, dia pun ikut rebahan.
"Eh iya itu undangan buat cs masih di aku dari Sesepuh kantor," kata Tami membuka pembicaraan. Aku tidak benar-benar bisa tidur/
"Tinggal siapa berarti ya yang belum nikah sesepuh itu?"
"Katanya Bli Made membuka jalan, yang lain juga menyusul Mas Irfan sama Mas Iqbal." Tami lebih tahu karena berada di bagian SDM.