Kemarin pulang kantor, tiba-tiba si Ayah memberikan sebuah tablet yang baru dibelinya. Sebelumnya memang pernah membeli sebuah tablet second (setengah pakai) untuk si Sulung yang sedang senang bernyanyi.
Bukan untuk gaya, hanya untuk memberikan hiburan disaat senggang saja. Namun, tablet yang dijual murah oleh teman ayahnya itu pecah layarnya dan tidak bisa dimasukkan kartu sim. Tidak bisa dipakailah akhirnya. Karena memang sedang masa explore segala hal dan saya pun sedang sedang membersamai tumbuh kembangnya, kami pun asik tanpa gawai.
Saat itu, semua permainan kami coba. Mengajarkan banyak hal baru pada si Sulung karena memang belum punya adik. Saya pun sedang semangat mengajarkan banyak hal padanya. Mencari dari berbagai referensi tentang permainan edukatif dan banyak membuat sendiri. Sangat menyenangkan. Namun, semua berubah ketika sudah mulai ada si adik. Fokus dan perhatian saya pun tersita banyak, meski sudah mencoba untuk adil. Apalagi, semakin besar si adik, dia pun ingin tahu dan aktif sekali. Beberapa alat yang digunakan seperti gunting harus dijauhkan dari jangkauan si bayi.
Permainan dan keseruan memang sedikit harus diubah. Syukurnya, si Sulung sudah mulai sekolah. Dia senang karena banyak teman di sekolah. Memang dia adalah tipe anak yang suka bergaul. Dia tidak suka sendiri dan mudah akrab dengan teman baru. Jadilah sekolah menjadi tempat yang menyenangkan untuk bermain dan belajar.
Semua berubah sejak pandemi menyerang negeri ini. Belajar dari rumah menjadi pilihan yang mau tidak mau harus dilakukan.. Adaptasi kami lakukan untuk tetap bisa memberikan yang terbaik untuk putri tercinta. Disaat yang sama, kami juga harus mengurus orang tua yang sakit.
Seminggu sekali bergiliran menjaga mereka yang tinggal berdua. Saat di rumah, saya bisa mengontrol penggunaan gawai karena banyak permmainan dan lebih elluasa untuk bermain. Namun, kendalanya justru saat di rumah Mbahnya. Rumah itu besar dan Mbahnya tidak suka kotor, dia lebih memilih memberikan gawai pada cucunya daripada melihat rumah berantakan. Saya tidak bisa berbuat banyak karena ada si bayi yang butuh perhatian ekstra.
Sampai akhirnya gawai Mbahnya rusak dan saya harus perbaiki. Si Ayah pun mencoba memberi solusi dengan membeli tablet baru untuk sarana belajar. Dia memberi syarat pada si Sulung untuk tetap menuruti aturan yang kami buat saat bermain gawai. Kami menginstall beberapa alikasi hafalan, iqro, belajar membaca dan berhitung. Hanya boleh ada dua game yang bisa dimainkan offline dengan sepengetahuan kami. Kami tidak memberikan kartu di gawai si Kakak. Kami memilih menggunakan modem untuk menghubungkan internet.
Menonton youtube kami perbolehkan setelah mengaji dan belajar sesuai keinginannya. Boleh memilih belajar bahasa Inggris, bahasa Arab atau Membaca dan berhitung. Semua harus dipatuhi dan semoga bisa berlaku saat berada di rumah Mbahnya. Saat berada di rumah orang, aturan Bunda bisa berubah karena situasi dan kondisi. Anak-anak harus diajarkan disiplin sedini mungkin. KOnsistensi menjadi kunci utama dua orang tua. Kami tidka serta merta membiarkannya asik dengan gawai. Kami tetap memberikan sarana belajar yang lain seperti kertas lipat, buku gambar, stik es krim dan percobaan sederhana dengan barang yang ada di rumah. Selain itu, saya juga tetap menyediakan buku untuk mengajarkan mereka suka membaca. Menyeimbangkan bermain gawai dengan membacan dan permainan fisik menjadi penting membersamai tumbuh kembang anak.
Semoga tetap bisa konsisten dimanapun dan kapanpun ya, Buk....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H