Lihat ke Halaman Asli

Buta Aksara Bukan Halangan untuk Tidak Berguna dan Berjasa bagi Masyarakat

Diperbarui: 12 Februari 2023   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Almarhum Ayah/Dokumn pribadi

Pepatah mengatakan:

"Barang siapa menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu barang siapa menginginkan akhirat hendaklah ia berilmu".

"Orang bijak belajar ketika mereka bisa, orang bodoh belajar ketika mereka harus".-Arthur Wellesey

Dari kedua pepatah itu mengingatkan saya kepada Almarhum Ayah, dimana beliau adalah seorang yang Buta Aksara tapi beliau bisa membaca Al Qur'an denga baik dan benar yang selalu aku dengar setiap selesai Shalat Maghrib berjamaah di Langgar, suaranya yang khas dan merdu sampai terngiang-ngiang sampai sekarang.

Ia seorang ayah yang bertanggungjawab bukan saja terhadap keluarga tetapi juga pada orang lain di sekita,  tidak pernah pandang bulu dalam bergaul.

Perhatian terhadap lingkungan membuat beliau dipercaya oleh masyarakat dan diangkat menjadi ketua RT hingga beberapa perioda sampai bosan menjabat ketua RT, meskipun sudah beberapa kali ingin mundur dari jabatan tersebut selalu ditolak oleh masyarakat, baru setelah beliau sakit masyarakat menerima keputusannya dan di jabat oleh orang lain.

Buku Tabungan KOPUJA/Dokumen Pribadi

Selain menjadi ketua RT beliau juga sebagai  penggagas Pendirian Koperas Lumbung Padi, yang sekarang masih berdiri sudah berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam KOPUJA dan penggagas pemakaman umum, meskipun sebelumnya ditolak oleh masyarakat, tapi beliau dengan gigih memperjuangkannya setahap demi setahap, sehingga banyak anggota yang masuk dari luar daerah yang menjadi anggota koperasi.

Meskipun dalam keadaan yang tidak bisa baca dan tulis beliau bisa menghitung tanpa memakai kalkulator, bisa merencanakan sesuatu dengan sangat baik, pikirannya kuat dan cerdas dan mengingat sesuatu hal dengan detail, meskipun sudah lama kejadiannya berlangsung.

Tatkala waktu orang lain menghitung dengan kalkulator, atau dengan dicatat ia sudah bisa menghitungnya diluar kepala dan selalu benar meskipun jumlah hitungannya ribuan bahkan ratusan.

Seperti akan menjual padi dalam karung, misal ada 25 karung beliau isa menghitungnya itu padi harganya sekian, dan ternyata setelah ditimbang dan diuangkan tidak pernah meleset dari apa yang dikatakan beliau.

Menjadi tokoh di masyarakat sudah tentu suka menghadiri acara-acara rapat, meskipun buta aksara beliau bia memahami apa yang diperoh dari hasil rapat dan bisa menyampaikannya kembali kepada masyarakat. Apabila ada tugas tulis menulis selalu diserahkan kepada Ibu karena Ibu bisa baca tulis dan sekolah di Sekolah Rakyat pada waktu itu.

Ayah dan Ibu beserta pembimbing K.H. Drs. M. Wahyudin di Kapal Garuda Air ways tahun 1996/Dokumen Pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline