Lihat ke Halaman Asli

Lullabies of The Blind: Mengenal Tunanetra Lebih Dekat

Diperbarui: 22 Maret 2021   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan masih mempunyai sisa penglihatan (low vision).

   Dilansir dari hellosehat.com, penyebab kebutaan sebenernya bisa disebabkan oleh faktor genetik alias diturunkan dari orang tua kepada anak, kecelakaan, atau penyakit. Kondisi ini menimpa sekitar 32 juta jiwa di seluruh dunia, dan 1 juta di antaranya berada di Indonesia. 

   Di Indonesia, penyebab utama dari kebutaan adalah katarak, glukoma, infeksi, cedera dan ketidakmampuan seseorang dalam membeli kacamata. Selain itu juga, pasien diabetes rentan menjadi tuna netra.

   Lalu kira - kira bisa tidak ya tunanetra sembuh? Menurut hallosehat.com, 80% kasus gangguan penglihatan dapat dicegah atau disembuhkan, tetapi ada 20% kasus yang tidak dapat disembuhkan. Kasus tersebut biasanya terjadi pada orang yang berhadapan dengan hilangnya penglihatan secara bertahap hingga mereka buta secara total.

   Tentunya dengan kebutaan, pasti ada perubahan dalam kehidupan sehari - harinya. Beberapa contohnya adalah seperti belajar membaca huruf Braille, menata ulang perabotan rumah, serta melipat uang dengan cara tertentu agar lebih mudah ditemukan.

   Lalu, bagaimana orang buta bisa bermimpi sedangkan mimpi identik dengan penglihatan? Apakah orang buta bisa bermimpi saat tidur seperti kita?

   Ya, orang buta bermimpi, tapi tergantung pada kapan ia kehilangan visi atau penglihatannya. Jika ia kehilangan penglihatannya pada tahap lebih lanjut dalam hidupnya, maka otaknya akan menggunakan informasi visual yang tersimpan dalam ingatannya untuk menciptakan mimpi.

   Lain halnya jika seseorang buta sejak lahir. Ini karena otaknya belum pernah menerima informasi visual apa pun. Sebaliknya, orang buta bermimpi dan mendapatkan konten mimpi itu dari ingatannya, apakah itu suara, bau, sentuhan, dan sebagainya, yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

   Namun, sebuah penelitian lain menunjukkan hasil yang bertentangan dengan ini. Dalam percobaan itu, orang-orang yang buta sejak lahir mampu menggambar impian mereka, sehingga membuktikan bahwa mereka tidak hanya merasakan, tetapi juga melihat dalam mimpi mereka.

   Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa orang buta cenderung lebih sering mengalami mimpi buruk, jika dibandingkan dengan orang normal. Katakan saja bermimpi tertabrak mobil, tersesat, dan kehilangan orang-orang tersayang. Ahli menyebut, hal ini berkaitan dengan keseharian mereka.

   Bagi orang buta, mimpi buruk buta cenderung menjadi penenang dari kecemasan dan membantu otak mengalami ancaman dalam hidup disebabkan oleh kesulitan dan masalah sehari-hari. Itulah mengapa orang buta lebih sering mengalami mimpi buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline