Lihat ke Halaman Asli

Harmoni untuk Para PKS

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salah satu televisi menyajikan pertunjukan musik dengan diiringi orkestra yang indah. Nama acara itu memuat kata harmoni. Segala jenis alat musik yang berbeda-beda berkumpul di suatu tempat bernama panggung. Di waktu yang bersamaan berbagai jenis alat musik yang berbeda-beda itu bekerja sesuai peran dan kapasitasnya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama mengikuti arahan pimpinan orkestra. Maka tersajilah sebuah alunan musik yang indah untuk dinikmati. Itulah harmoni.

Sewaktu saya kuliah, ada salah satu lagu akapela yang sangat menyentuh. Mendengar alunan lagunya yang syahdu dari vokal yang khas dan menyimak syairnya yang bercerita membuat saya seolah berada dalam situasi yang digambarkan dan tak jarang air mata menetes.

Rindu dengan lagu itu membuat saya mencari kembali filenya di internet. Dan saya pun menemukannya. Dengan penyanyi, judul dan lirik yang sama, ternyata lagu yang saya temukan itu bukan lagi akapela tapi sudah dimodifikasi dengan iringan orkestra. Lagu itu semakin indah dan harmoni orkestranya membuat saya semakin melayang, seolah saya sendiri yang mengalami syairnya. Untuk kesekian kalinya, air mata ini menetes.

Kalau seandainya saya diminta untuk memberikan testimoni pada lagu itu, maka inilah testimoni saya: “Harmoni untuk para PKS”. Itu dikarenakan syairnya yang menceritakan tentang para PKS. Oh iya, PKS yang saya maksud di sini bukanlah Partai Keadilan Sejahtera, tetapi Penyebar Kebenaran Sejati. Walaupun banyak juga para kader PKS yang mengalami apa yang diceritakan oleh lagu itu.

Lagu itu berjudul Menebar Kasih dan dibawakan oleh Suara Persaudaraan.

"Bersama hembusan angin

Ku berjalan beriringan

Menembus malam yang dingin

Menyusuri perkampungan

Di lereng-lereng pegunungan

Inginku berbagi cinta dan sayang tuk seluruh umat manusia

Hingga menjadi harga tegaknya kemuliaan dan kejayaan

Yang kini terancam hilang

Panas terik mentari yang menyengat di kaki

Dingin malam dan debu terasa menusuk kalbu

Bukan halangan ataupun rintangan

Keridhoan-Nya jadi harapan

Harta dan benda jiwaku pasrahkan

Demi cinta Allah tujuan

Bersama hembusan angin

Ku berjalan beriringan

Menembus malam yang dingin

Menyusuri perkampungan

Di lereng-lereng pegunungan..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline