Lihat ke Halaman Asli

Darat dan Rantauan

Diperbarui: 14 Februari 2021   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen ; shadiq assegaff
daratan laut dan rantauan
Aku pernah  mendengarkan sebuah tulisan " jika engkau meninggalkan rumah semata mata  mencari kebaikan sebagian hati mu tetap ada disana " suatu tulisan  yang melahirkan bening harapanku untuk tetap  berangkat melanjutkan sekolah tinggi yang ada di jakarta. Tak lupa dengan Doa doa orang tua setiap shalatnya, sebagaimana orang tua pada umumnya, semua pasti  berkeinginan anaknya menjadi anak yang sukses, dalam segala bidang  akademik dan  agamanya.  
Amanah dan beberapa barang di gandengan tanganku telah  ku susun rapi disaat aku melangkah meninggalkan rumah, saat itu bergegas menuju jalan poros aku pamitan kepada orang orang yang terdekatku seperti biasa doa doa yang di jabah  terucap dari bibir ke bibir . sungguh! Keinginan semakin merajalela dalam hati ini.
Malam benderang tepat usai shalat isya, aku beranjak naik dalam bus trans Sulawesi duduk bersama teman yang akan juga berangkat bersamaku, sebelumnya aku baru saja kenal dengan dia  tepatnya di rumah om  yang merenkomendasikan aku tuk kuliah di Jakarta. Namanya Rahim tempat tinggalnya tak jauh dari tempat tinggalku. Setelah sudah berkali kali berbincang bersamanya kita saling bersapa dan sepakat menganggap saling bersaudara  sepanjang di rantauan.
Bising suara mesin bus semakin lantang terdengar, kedipan cahaya mengarah kepadaku  dan tanah kampungku selalu terlintas di benak pikiran. Segala kerinduan menjelma seperti bintang di langit akan tetapi menghadapi semua ini selalu saja terpikir ini sebuah khayalan semata. Saat di perjalanan mata terasa sayu, selalu tertuju ke  jendela bus  melihat di sekitar kota polewali hingga tepat perbatasan kota ada sebuah  patung sayyang pattuqduq "kuda menari" tradisi yang ada di tanah mandar , yang akan terindukan,suatu  bentuk rasa syukur orang tua dari anaknya yang berhasil menghatamkan 30 juz Alqur'an, syukuran yang di lakukan dalam bentuk arakan mengelilingi kampung dengan seekor kuda menari yang diiringi musik "parrawana" yang di bumbuhi rayuan rayuan pantun "kalindaqdaq" . sangat disayangkan, ketika bulan maulid nanti tak dapat mengikuti tradisi ini. Fatamorgana hingga aku terlelap tidur.

Hingga tiba saatnya di kota Makassar, Aku terbangun dengan sambutan sinar matahari pagi. Beranjak meninggalkan bus dengan beberapa gandengan barang di tangan bersama saudara dan melanjutkan istirahat di rumah om.setelah tiba dirumah om, kami diberi segala nasehat dan diseduhi teh. Tak lama kemudian  Orang tua mengabariku agar kiranya besok ia berangkat. kami pun beristirahat,
Singkat cerita tepat jam lima pagi orang tua ku datang dan menyambutku dengan menyuruh kami bergegas shalat subuh, mandi dan  bersiap siap siap mengantarmu menuju ke pelabuhan. Hati tak tenang ketika bibir Ibu mengatakan seperti hal itu, sudahlah dan mulai menenangkan perasaan. Setelah semuanya beres tak lupa ibu menyediakan kami pernak pernik yang akan kami makan selepas meninggalkan daratan.
Perjalanan menuju ke pelabuhan yang tak amat  jauh dari tempat peristirahatan kami, bentuk kepedulian  sebagai tugas orang tua sangat jelas terlihat, aku begitu tersanjung melihat begitu kompak,  ayah begitu semangatnya mengangkat barang barang kami hingga di ruangan terakhir pengantaran dan nasehat ibu pun selalu di lontarkan berkali kali. Aku begitu ingin memeluknya hanya saja ia lebih mendahului ku dengan merangkul dadaku yang erat ,seiring amanah terucap pada hati mereka.  begitu Aku mencium kedua tangannya bergegas menuju kapal dengan melambaikan tangan. Gandengan beberapa  barang aku melangkah dan kerinduan di batin ini.
Legah terasa ketika berlama lama mengantri di jalan menuju tempat peristirahatan kami, akhirnya kami tidak berdua, ada sekelompok yang juga satu tujuan dengan kami,dan juga satu daerah dengan kami, kami berbaur dengan berbahasa khas mandar, salah satunya mereka satu rekomendasi dengan om ku hanya saja tempat perkuliahannya berbeda. Akhirnya kami ikut dengan rombongan mereka agar saling berjaga jaga barang yang kita bawa. Legah akhirnya terbayarkan dengan mereka dan akhirnya kapal  kami berangkat.

Saling berbaur di kapal dan beristirahat bersama tak terasa siang akan  berganti malam, aku bangkit dan bergegas naik ke atas yang biasanya di tempati untuk bersantai , disekeliling perairan yang luas, terbayang aku akan meninggalkan pulau Sulawesi yang digantikan oleh pulau jawa, perselisihan waktu akan terganti, hinggap  mengarungi lautan,menantang ombak, memandang lautan lepas aku melihat sebuah sampah rumput di laut  cukup mengingatkanku nelayan nelayan yang ada di kampung ku, Saat ini awal bulan para pelaut mandar memakai rumpon untuk penangkapan telur ikan. Aku  pernah dengar rumpon ini alat tradsional agar ikan ikan berkerumung di bawahnya dan di tempati untuk ikan bertelur . . aktivitas kemaritiman mandar  begitu sangat  menakjubkan berjuang di tengah lautan hingga berhari hari tak melihat daratan. Aku begitu ingin melihat mereka berjuang di tengah laut tak terasa malam beranjak tiba.
Singkat cerita, Setelah kemarin transit pelabuhan Surabaya menuju pelabuhan tanjuk priok Jakarta, akhirnya  kapal kapal mulai terlihat, daratan udah terlihat jaringan semakin membaik dan tak seperti lautan pada umumnya yang terlihat airnya berwarna  biru, lautan begitu keruh seakan perairan limbah, langit begitu berpolusi seakan badai terjadi tiap hari.begitulah proyek di perkotaan, lebih baiknya aku mencoba  mengabarkan orang tua aku bahwa aku sudah tiba di Jakarta dan menceritakan berbagai yang ku alami di kapal.
Melangkah dan kami siap bergegas turun dari kapal tak lupa dengan  amanah dan  beberapa gandengan barang di tangan , kerinduan kepada keluarga,dan  kerabat semoga terbayarkan dengan ilmu  yang kuperoleh disini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline