"Aku ingin mengobati perasaan yang tak diakui sebagai penyakit dan tak pernah didiagnosis dokter . Semua perasaan emosi kecil yang tak membuat ahli terapi mana pun tertarik, karena tampak terlalu sepela dan abstrak."
Monsieur Perdu menyebut dirinya apoteker literature. Dari toko buku apungnya 'Literary Apothecary' di sungai Seine, ia meresepkan novel-novel untuk membantu meringankan beban hidup.
Sepertinya satu-satunya orang yang tak mampu ia sembuhkan hanya dirinya sendiri; ia masih dihantui patah hati setelah kekasih hatinya pergi, meninggalkan surat yang tak pernah dibukanya. Tetapi dia punya buku favorit yang ditulis oleh Sanary. Penulis yang membuatnya sangat penasaran.
Akhirnya Perdu tergoda untuk membaca surat tersebut, lalu ia angkat sauh dan berangkat ke Perancis Selatan demi berdamai dengan rasa kehilangannya. Bersama pengarang yang sedang mengalami kebuntuan menulis serta cheft Italia yang sedang gundah dirundung cinta, Perdu berlayar sembari membagi-bagikan kebijaksanaannya. Membuktikan bahwa buku dapat memulihkan jiwa manusia.
Butuh waktu satu bulan untuk menyelesaikan novel setelabl 400 halaman ini. Bukan karena jelek. Tetapi saya memang membuat jadwal membaca, dan novel berada di hari Kamis. Jadi saya seperti mengikuti sinetron bersambung kayak zaman dulu.
Novel ini saya beli di toko buku online dan tanpa membaca review-review tentangnya lebih dulu. Yang membuat saya tertarik adalah judulnya dan synopsis belakangnya. Toko buku, perjalanan menyusuri sungai. Begitu.
Saya membutuhkan dua kali membaca lembar-lembar awal sampai mendapatkan klik. Hingga akhirnya saya tertarik pada Perdu. Lelaki patah hati yang membangun kapal bukunya, dan Max penulis yang meledak karya pertamanya namun mengalami kebuntuan menulis hingga ia harus sembunyi dan...akhirnya ikut Perdu pergi.
Yang menarik dari Perdu adalah dia memahami semua buku yang dijualnya. Dia akan segera tanggap ketika ada pembeli datang dan membutuhkan buku apa.
Saya membaca beberapa review tentang novel ini dan komentar mereka beragam. Ada yang membacanya berkali-kali, dan bahkan hanya bisa bilang oke. Sebagian bilang kalau kisah buku ini tak jelas mau dibawa kemana. Dan yang lain mengatakan alur lambat yang membosankan.
Saya pribadi suka dengan buku. Banyak kalimat-kalimat yang bisa dijadikan renungan. Banyak lipatan dan tempelan post it di antara halaman-halamannya.
Inilah sebagian kutipan-kutipan itu: